Mengenal Lupis Mbah Satinem, Kuliner Legendaris di Jogja

Liputan6.com, Bandung - Indonesia merupakan salah satu negara yang menyimpan banyak sekali kekayaan alam dan budaya. Negara ini juga memiliki banyak kuliner khas yang bisa dieksplor oleh para pencinta kuliner.

Misalnya saja makanan lupis yang diketahui sebagai makanan tradisional yang terbuat dari ketan. Makanan ini biasanya berbentuk segitiga atau bulat dan disajikan menggunakan taburan kelapa parut dan siraman gula merah cair yang kental.

Lupis juga terkenal dengan rasanya yang manis dan teksturnya yang kenyal sehingga populer sebagai hidangan penutup atau cemilan yang disantap bersama rekan atau tamu. Makanan ini masih populer dan jadi incaran di tengah banyaknya kuliner modern.

Melansir dari beberapa sumber Lupis merupakan makanan khas Indonesia yang bisa ditemukan terutama di daerah Jawa. Makanan ini umumnya berbentuk segitiga atau bulat memanjang seperti lontong.

Meskipun terbuat dari bahan yang sederhana tetapi Lupis memiliki rasa yang wajib dicoba terutama yang dibuat dari toko legendaris seperti Lupis Mbah Satinem. Sebagai informasi Lupis Mbah Satinem adalah salah satu kuliner khas dan legendaris di Jogja.

Tempat makan ini terkenal dengan rasa lupisnya yang autentik yaitu manis dan gurih. Tentunya resep yang digunakan masih menggunakan resep tradisional yang sudah berdiri sejak 1963.

Melansir dari situs resmi Visit Jogja Lupis Mbah Satinem dikenal sebagai salah satu kuliner legendaris di Jogja yang wajib untuk dikunjungi. Tempat makan ini sudah berdiri sejak tahun 1963.

Lupisnya mempunyai rasa yang terkenal lezat dan khas terutama perpaduan antara kue kukus dan manis dari siraman gula merah cair yang pas. Kemudian Lupis di tempat ini juga terbuat dari ketan putih yang dikukus dan dipotong-potong lalu disiram gula merah cair bersama taburan parutan kelapa.

Selain menjual lupis tempat ini juga menjual jajanan tradisional lainnya mulai dari gatot, tiwul, hingga cenil. Diketahui tempat ini dijual oleh Mbah Satinem yang sudah berpuluh tahun berjualan.

Bahkan disebutkan bahwa usahanya berjualan jajanan tradisional telah berlangsung secara turun temurun. Karena ia kerap ikut membuat dan berjualan dengan ibunya dan lalu berjualan sendiri di tahun 1963.

Alhasil Lupis Mbah Satinem memiliki menu jajanan yang menggunakan resep secara turun-temurun dan masih memasaknya menggunakan kayu.

Sebagai salah satu jajanan legendaris Lupis Mbah Satinem ternyata terkenal sebagai cemilan tradisional yang disukai oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto. Diceritakan bahwa dulu sang presiden kerap memakan lupis, gatot, dan tiwul buatannya.

Biasanya cemilan buatannya dibeli oleh ajudan Soeharto yang mampir mengunjungi lapaknya. Meskipun berjualan di emperan toko tempat ini masih ramai dikunjungi oleh para wisatawan.

Lupis Mbah Satinem juga kerap membungkus makanan buatannya menggunakan cara yang tradisional yaitu menggunakan daun pisang. Selain dicoba oleh sosok ternama Indonesia lupis buatannya juga kerap dicoba oleh beragam publik figur.

Salah satunya oleh artis ternama Lee Seung Gi dan Jasper Liu yang pernah mencicipi cemilan Lupis Mbah Satinem yang legendaris di Jogja dan ditampilkan dalam acara variety show “Twogether” yang tayang di Netflix pada 26 Juni 2020 lalu.

Lupis Mbah Satinem berlokasi di Jl. Bumijo No.52-40, Bumijo, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempatnya berada di depan Optik Yogya dan berada di dekat Hotel Pesona Tugu.

Diketahui Lupis Mbah Satinem biasa buka pada hari Selasa hingga Minggu pada pukul 05.30 hingga 09.00 pagi. Karena lokasinya yang berada di pinggir jalan para pengunjung bisa menemukan tempat makan ini dengan mudah.

Para wisatawan yang datang dari Jalan Malioboro juga bisa dengan mudah mengunjungi tempat ini karena hanya membutuhkan jarak tempuh sekitar 2,5 km atau 8 menit perjalanan menggunakan kendaraan.

Sementara untuk wisatawan yang datang dari Stasiun Tugu Jogja juga bisa menempuh perjalanan 2,4 km atau 7 menit perjalanan. Berdasarkan ulasan di Google Lupis Mbah Satinem telah meraih rating 4.6 dari total 2.104 pengguna.