Liputan6.com, Bandung - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan meninjau langsung kondisi Sungai Citarum yang berada di wilayah Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu, 10 Agustus 2024.
Dalam kunjungannya tersebut, ia tak menyangka tatkala melihat kondisi air sungai yang menurutnya sudah jauh lebih baik. Padahal, kata Luhut, pada kunjungan sebelumnya sungai tersebut dipenuhi dengan sampah.
Advertisement
"Saya ingat 6 tahun lalu waktu datang kemari pertama kali, kita bisa jalan di atas sampah. Sekarang airnya sudah bening," ungkap dia.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ia juga mengecek alat-alat yang dibuat oleh TNI AD untuk membersihkan sampah di Sungai Citarum. Penanganan sampah dengan menurunkan perahu ponton, alat pencacah dan pemilah sampah, hingga konveyor diakuinya sebagai strategi yang inovasi.
Dalam proses pembersihan sampah, semua alat itu bekerja dalam waktu yang bersamaan. Sampah yang dikumpulkan dari sungai oleh perahu ponton, lalu di naikkan ke truk melalui konveyor. Kemudian, sampah-sampah itu akan memasuki proses pemilahan sampah hingga proses pembakaran.
Luhut menyebut, untuk membangun alat-alat tersebut hanya membutuhkan biaya sebanyak 350 juta rupiah. Dia lantas membandingkan dengan mesin serupa bantuan dari luar negeri yang seharga satu juta dolar.
"Untuk mengumpulkan sampah itu ponton dan konveyer. Saya agak terkejut juga karena kita pernah dapat bantuan dari Belanda dan dari Perancis, itu ya tidak ada beda jauh dengan ini," kata dia.
Meski peralatan itu bekerja secara simultan, ia meminta agar TNI bisa menyempurnakannya menjadi lebih baik lagi. "Tadi saya ada minta pada Bapak Kasad, bisa nggak kalian sempurnakan lagi ada kurang sana sini nanti masukin aja e-katalog," ujarnya.
Selain itu, ia pun berkeinginan agar alat pembakaran sampah atau insinerator yang diproduksi TNI itu lulus SNI setelah dilakukan pengujian oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Saya berharap dalam beberapa bulan ke depan harus lulus SNI dari KLHK. Menyangkut tadi asapnya, tapi tadi mengenai temperatur mereka sudah bisa 800, saya kira sudah memenuhi syarat, api emisi dari asapnya kita perlu lihat. Kalau itu jadi masuk e-katalog," tambahnya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Penanganan Sampah di Bandung Raya
Selain mengatasi sampah di Sungai Citarum, pemerintah pun terus bergulat mencari solusi penampungan sampah di wilayah Bandung Raya. Seperti diketahui, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti kapasitasnya sudah over load.
Pada bulan Juni lalu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat menyebut TPA Sarimukti sudah melebihi kapasitas hingga 800 persen.
"Lima kabupaten/kota di Bandung Raya, masih menjadikan TPA Sarimukti sebagai jantung pengolahan sampah," kata DLH Jawa Barat, Prima Mayaningtyas, 14 Juni 2024.
TPA Sarimukti awalnya dirancang untuk menampung sampah hingga 2017 dengan total kapasitas 1.962.637 meter kubik. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat membangun Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka. Tujuannya tak lain adalah untuk menanggulangi permasalahan sampah di wilayah Bandung Raya dan Sumedang.
TPPAS Legok Nangka akan dibangun di atas tanah seluas 82,5 hektare yang berlokasi di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pembangunan awal PPAS Legok Nangka rencananya dibangun bulan Agustus 2024 dan diprediksi rampung pada 2026.
Dikatakan Luhut bahwa peletakan batu pertama pembangunan TPPAS rencananya akan dilakukan oleh Presiden RI, Joko Widodo.
"Soal Legok Nangka, Pak Presiden Jokowi bilang mau groundbreaking akhir bulan ini," ucap Luhut di Sektor 9 Sungai Citarum, Batujajar, KBB, Sabtu 10 Agustus 2024.
Menko Marves menambahkan, pemerintah daerah akan menjalankan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dengan menggunakan insinerator. Setidaknya ada 17 TPST dengan kapasitas pengelolaan yakni 1.281 ton sampah perhari dan 10 insinerator yang mampu mengelola hingga 2.000 ton perhari.
"Makanya insinerator lokal akan kita jalankan supaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke Legok Nangka," kata dia.
Untuk TPPAS Legok Nangka, Luhut menjelaskan nantinya tempat tersebut mampu mengelola 2.000 ton sampah dalam sehari.
"Jadi Legok Nangka itu mengelola 2000 ton sampah sehari. Makanya enggak kebayang kalau jadi pembangkit listrik," tandasnya.
Penulis: Arby Salim
Advertisement