Gaungkan Pangan Lokal, JPIC Gandeng Pelaku Seni Gelar Pertunjukan Budaya

Mengkonsumsi pangan lokal masih menjadi salah satu andalan masyarakat Dayak untuk mampu bertahan di tengah menguatnya isu krisis iklim. Untuk dapat menjaga budaya pangan lokal, JPIC (Justice, Peace, and Integrity of Creation) Kalimantan, mencoba mengangkatnya melalui Pagelaran Budaya Bakesah Lewu Itah (bercerita tentang kampung Dayak).

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 02 Sep 2024, 00:29 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2024, 23:45 WIB
Tarian
Sejumlah penari beraksi di acara Pagelaran Budaya Bakesah Lewu Itah di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (2/9/2024). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengangkat pangan lokal melalui medium kesenian dan kebudayaan. Foto: Marifka Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Mengonsumsi pangan lokal masih menjadi salah satu andalan masyarakat Dayak untuk mampu bertahan di tengah menguatnya isu krisis iklim. Untuk dapat menjaga budaya pangan lokal, JPIC (Justice, Peace, and Integrity of Creation) Kalimantan, mencoba mengangkatnya melalui Pagelaran Budaya Bakesah Lewu Itah (bercerita tentang kampung Dayak).

Direktur JPIC Kalimantan, Sani Lake mengungkapkan, jika seni adalah media advokasi dan kegiatan ini juga bagian dari komitmennya untuk membantu menjaga budaya, terutama lewat pangan lokal Dayak. Ia mengungkapkan, pangan lokal merupakan masa depan umat manusia, sebab pangan lokal hanya bisa musnah ketika budaya dan lingkungan juga ikut musnah.

“Dengan adanya acara ini, ada transfer knowledge (pengetahuan) terkait budaya pangan lokal dari generasi ke generasi. Pengetahuan lokal itu lah yang ingin kami jaga,” kata Sani, Minggu (1/9/2024).

Selain menampilkan pagelaran seni, pihaknya juga mengadakan lomba fotografi, videografi dan karya tulis. Para pesertanya berasal dari berbagai daerah di Kalimantan. Ia berharap, melalui medium tersebut para anak muda mampu berbagai bercerita mengenai pangan lokal di daerahnya. Tak hanya itu, langkah ini sebagai upaya ini untuk membumikan pangan lokal ke masyarakat luas.

"Seni adalah media advokasi untuk bercerita mengenai apa yang dialami masyarakat di desa,"tambahnya.

Hal senada dikatakan Ketua Panitia Bakesah Lewu Itah, Oktavianus Wahyu Tri Utomo. Ia menjelaskan, lomba tersebut mendapatkan antusias tinggi dengan diikuti 111 peserta yang berasal dari 13 kabupaten dan 1 kota di Kalimantan Tengah. Pihaknya ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menceritakan tentang pangan lokal, khususnya pangan lokal Dayak yang ada di rumah atau di kampungnya.

"Intinya, semua peserta harus bangga karena menjadi bagian dari para penjaga pangan lokal lewat acara ini,” Oktavianus menimpali.

Sementara itu, salah satu Koreografer asal Kabupaten Lamandau, Mesah, mengaku sangat senang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Ia bersama timnya tampil membawakan tarian "Bahuma Batonga" yang bercerita mengenai kehidupan masyarakat desa yang berladang dan mengkonsumsi pangan lokal. Pihaknya juga berharap nantinya anak muda ikut serta menjaga alam.

"Pesannya sih untuk anak muda agar menggunakan bahan makanan (alami) atau segala jenis tumbuh-tumbuhan dari desa," ujarnya.

Perlu diketahui, JPIC Kalimantan untuk kedua kalinya mendapatkan kesempatan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar kegiatan berbasis budaya. Sebelumnya, kegiatan serupa pernah dilakukan dengan tema Lewu Dayak yang berarti kampung Dayak. Namun kali ini pihaknya menggandeng Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Lembaga Dayak Voices, dan Komunitas Hitam Putih Borneo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya