Tari Tabot Khas Bengkulu, Ceritakan Kepahlawanan Melalui Gerakan

Adapun sejak satu dekade terakhir, upacara tabot tak hanya dilaksanakan sebagai wasiat leluhur, tetapi juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu setempat.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Sep 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 00:00 WIB
Festival Tabot 2014 Meriah Digelar: Siap Menjadi Event Nasional
Sukses digelar, Festival Tabot siap menjadi event nasional.

Liputan6.com, Bengkulu - Tari tabot merupakan seni tarian atau kesenian khas Bengkulu. Tak hanya sebagai hiburan, tarian ini juga mempersatukan masyarakat Bengkulu yang beragam.

Mengutip dari indonesiakaya.com, tari tabot berasal dari tradisi penganut Islam Syi’ah. Tarian ini mengisahkan sisi kepahlawanan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Nabi Muhammad SAW) beserta pasukannya dalam peperangan melawan pasukan Ubaidillah bin Zaid di Padang Karbala.

Nama tabot berasal dari bahasa Arab yang berarti peti mati. Namun, dalam pementasan tabot, tabot ditujukan untuk menyebut sebuah bangunan serupa pagoda atau menara masjid bertingkat yang terbuat dari kayu atau bambu.

Bangunan tersebut nantinya diarak oleh sejumlah orang dalam perayaan. Pementasan tari tabot dilengkapi dengan kostum pakaian adat Bengkulu yang dikenakan para penarinya.

Baju adat tersebut berupa baju longgar lengan pendek, celana panjang, dan hiasan kepala. Penampilan mereka semakin meriah karena kostum yang dikenakan seluruhnya berwarna cerah dan senada. Para penari juga mengenakan aksesori kepala yang menyerupai tabot, mahkota, serta membawa tongkat dan selendang.

Uniknya, masing-masing penari bebas membuat kreasi baru tari tabot. Meski tanpa pakem, tetapi gerakan tari tabot harus tetap menyimbolkan suasana perang di Karbala.

Umumnya, pementasan tari tabot digelar setiap 1-10 Muharram (bulan pertama dalam kalender Islam/Hijriah), bertepatan dengan wafatnya Husain. Hingga kini, tari tabot masih dipentaskan.

Adapun sejak satu dekade terakhir, upacara tabot tak hanya dilaksanakan sebagai wasiat leluhur, tetapi juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu setempat.

 

Penulis: Resla

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya