Liputan6.com, Batam - Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang eco city sampai saat ini belum jelas statusnya. Meskipun sudah setahun usai bentrokan berdarah polisi dengan masyarakat Rempang dari 16 titik Kampung yang menolak relokasi.
Menurut warga, intimidasi terbuka maupun terselubung terus berjalan. Dimunculkan pula pertentangan antara warga penolak dan penerima relokasi. Untuk menyikapi hal ini, warga resmi membentuk Aliansi Masyarakat Rempang Galang Bersatu (AMAR).
Baca Juga
Organisasi ini diresmikan pada Senin (14/10/2024) di Sekretariat AMAR, Kampung Sembulang Hulu, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, dengan dihadiri oleh perwakilan masyarakat dari berbagai kampung di Pulau Rempang.
Advertisement
Dalam orasinya, Koordinator Umum AMAR, Ishak (58), menyerukan seluruh masyarakat Pulau Rempang untuk bersatu bersama AMAR dalam upaya mempertahankan ruang hidup mereka.
"Kami akan terus bergerak melawan segala bentuk ancaman penggusuran di tanah kelahiran kami," katanya
Ishak menyebut bahwa AMAR akan segera bergerak aktif ke kampung-kampung di Pulau Rempang dan Galang, menjalin komunikasi untuk memperkuat solidaritas masyarakat.
"Mereka yang selama ini menolak, bisa lebih aktif berjuang bersama. Kegiatan penolakan penggusuran harus didukung oleh lebih banyak orang," katanya.
Koordinator bidang Jaringan dan Komunikasi AMAR, Sani Rio menyebut bahwa perjuangan mempertahankan kampung di Pulau Rempang adalah upaya menjaga warisan leluhur.
"Tanah ini adalah hasil dari perjuangan nenek moyang kami. Lebih tua dari pemerintah Indonesia. Ini bentuk tanggung jawab kami kepada para pejuang di sini untuk memastikan tanah ini tetap ada untuk anak cucu nenek moyang kami," katanya.
Sementara itu, Koordinator Kampung Sembulang Hulu, Muhammad Aris, menyatakan bahwa AMAR terbuka bagi semua masyarakat Rempang yang ingin berjuang bersama mempertahankan kampung mereka dari ancaman penggusuran.
"Organisasi ini adalah wadah bagi semua yang ingin berjuang menjaga tanah kelahiran dari ancaman segelintir kepentingan," kata Aris.