Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita kelahiran 8 Januari 1962, asal Mojokerto, Jawa Timur, Rindawati bersama 10 rekannya dinobatkan sebagai guru besar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Berkat penelitiannya tentang kuliner Semanggi, dia kini menyandang gelar Profesor.
Rinda mengungkapkan, berdasarkan latar belakang penelitiannya, kuliner Semanggi sebagai makanan tradisional kota Surabaya dilihat dari perspektif antropologi sosial, berasal dari budaya Jawa yang menggambarkan kesederhanaan, orisinalitas, keunikan, keawetan dan kelangkaan.
Advertisement
Baca Juga
"Semanggi di klaim oleh pemerintah kota Surabaya menjadi legenda dan ikon Kota Surabaya," ujarnya di Gedung Sawunggaling kampus Unesa, Lidah Kulon Surabaya, Selasa (12/11/2024).
Hal ini, lanjut Rinda, dapat dilihat dari sejarah bahwa keberadaan kuliner semanggi ini terkait dengan sejarah perjuangan arekarek Suroboyo yang pada tahun 1945 telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Semanggi menjadi makanan pilihan para pejuang. hingga salah seorang pejuang yang bernama S. Padimin menciptakan syair lagu yang berjudul Semanggi Suroboyo," ucapnya.
Selain itu, kata Rinda, penelitian yang dilakukan oleh Adhere Ramlia (2015) menyimpulkan bahwa makanan klasik dan tradisional sangat erat kaitannya dengan warisan makanan dan telah menjadi peran penting dalam kehidupan masyarakat dan individu.
"Sebuah penelitian mengkaji sejauh mana masyarakat Malaysia mengetahui identitas warisan makanan mereka," ujarnya.
Sebanyak 500 responden yang berlokasi di Lembah Klang berpartisipasi dalam penelitian ini. "Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan definisi warisan makanan dan asosiasi pertanyaan warisan makanan," ucap Rinda.
"Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memahami definisi, kriteria, dan jenis makanan tradisional yang terkait dengan warisan makanan (mematuhi)," imbuh Rinda.
Rinda mengatakan, makanan semanggi masih ada hingga saat ini. Hal tersebut tidak terlepas dari peran perempuan Kampung Kendung, sebagai kampung semanggi di Surabaya, yang dapat menjaga warisan leluhur mereka.
"Merekalah yang menjajakan makanan khas tersebut hingga dikenal sampai sekarang. Kampung Kendung merupakan salah satu daerah di Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, yang menjadi cikal bakal pedagang semanggi," ujarnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Budidaya Tanaman Semanggi
Di desa tersebut, tambah Rinda, para pedagang semanggi membudidayakan tanaman Semanggi, mengolahnya menjadi kuliner Semanggi, dan menjualnya di sekitar Kota Surabaya.
"Mengutip pendapat Kittler et al., manusia memanfaatkan tanaman, mulai dari cara pemilihan, perolehan, dan pendistribusiannya hingga cara penyiapan, penyajian, dan pemakanan," ucapnya.
"Proses-proses ini merupakan hal yang unik bagi manusia. Mereka menambahkan bahwa estetika makanan yang hakiki menggambarkan identitas budaya yang otentik," tambah Rinda.
Menurutnya, perspektif kearifan lokal, Semanggi menggunakan resep warisan leluhur, khususnya tradisi kuliner Jawa Timur (Surabaya), yang harus dilestarikan.
"Semanggi memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha mikro perorangan," ujarnya.
Menurut Hisrich et al., kewirausahaan adalah menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai dengan memanfaatkan tenaga dan waktu, mempertimbangkan faktor risiko sosial, fisik, dan finansial serta kepuasan dan kemandirian pribadi.
"Berdasarkan definisi tersebut, usaha kecil pedagang semanggi masuk dalam kriteria kewirausahaan pada tingkat perorangan atau komunitas yang harus dilestarikan," ucap Rinda.
Advertisement