Liputan6.com, Yogyakarta - Baju adat Janggan Hitam merupakan salah satu pakaian tradisional Yogyakarta yang penuh dengan nilai filosofi, keindahan, dan kebanggaan budaya.
Sebagai bagian dari tradisi masyarakat Jawa, baju ini tidak hanya dipakai sebagai pakaian biasa, tetapi juga memiliki makna mendalam yang melambangkan kesederhanaan, ketegasan, serta kedewasaan seseorang.
Warna hitam yang mendominasi baju ini melambangkan kekuatan, keteguhan hati, dan kesucian jiwa yang menjadi prinsip hidup masyarakat Jawa. Janggan Hitam biasanya dikenakan oleh pria, khususnya dalam upacara adat, perayaan kerajaan, atau acara resmi yang mengedepankan nilai-nilai tradisi Jawa.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Pakaian Janggan Hitam terdiri dari beberapa bagian penting yang memiliki fungsi dan makna tersendiri. Bagian utama adalah beskap, yaitu atasan dengan desain khas Jawa yang cenderung berpotongan simetris dan dilengkapi dengan kerah tinggi.
Beskap Janggan Hitam sering dihiasi dengan kancing berwarna emas atau perak yang memberikan sentuhan mewah dan elegan. Selain itu, kain jarik dengan motif batik tradisional juga menjadi elemen penting dalam baju adat ini.
Motif batik yang digunakan biasanya dipilih dengan hati-hati karena setiap motif memiliki filosofi mendalam, seperti simbol keberanian, kejujuran, dan kerendahan hati. Penggunaan kain jarik ini dipadukan dengan ikat pinggang yang disebut stagen, yang berfungsi untuk mengencangkan pakaian sekaligus memberikan penampilan yang lebih rapi dan berwibawa.
Tidak hanya itu, Janggan Hitam juga dilengkapi dengan aksesoris khas yang menambah kesan megah pada pakaian ini. Salah satu aksesoris utama adalah blangkon, penutup kepala tradisional yang terbuat dari kain batik.
Filosofi
Blangkon memiliki bentuk yang unik dengan simpul di bagian belakang yang melambangkan tanggung jawab dan beban kehidupan yang harus ditanggung oleh seorang pria.
Selain blangkon, aksesoris lain seperti keris yang diselipkan di bagian pinggang juga menjadi pelengkap Janggan Hitam. Keris ini bukan hanya senjata tradisional, tetapi juga simbol keberanian dan martabat bagi masyarakat Jawa.
Baju adat Janggan Hitam sering kali dikenakan dalam acara-acara penting seperti pernikahan adat, upacara kenegaraan, hingga ritual tradisional di lingkungan Keraton Yogyakarta. Penggunaan pakaian ini dalam upacara adat menunjukkan penghormatan terhadap leluhur dan budaya Jawa yang kaya akan tradisi.
Dalam pernikahan adat, misalnya, Janggan Hitam sering dikenakan oleh pengantin pria untuk menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam memimpin rumah tangga. Sedangkan dalam acara kenegaraan atau ritual di keraton, pakaian ini menjadi lambang kesetiaan dan penghormatan kepada raja atau sultan sebagai pemimpin masyarakat.
Meskipun zaman terus berkembang, keberadaan Janggan Hitam tetap menjadi simbol identitas budaya yang tidak tergantikan. Generasi muda Yogyakarta terus didorong untuk melestarikan dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian adat ini.
Saat ini, banyak desainer modern yang mulai mengadaptasi elemen Janggan Hitam ke dalam busana kontemporer tanpa menghilangkan esensi tradisionalnya. Upaya ini menunjukkan bahwa baju adat Janggan Hitam tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi juga mampu bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Keindahan dan keunikannya menjadikan Janggan Hitam sebagai warisan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya.
Â
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement