Liputan6.com, Yogyakarta - Jerman, negara di Eropa Tengah, tak hanya dikenal sebagai pusat industri dan teknologi, tetapi juga sebagai tempat lahirnya tradisi Natal yang kita kenal saat ini. Mengutip dari berbagai sumber, pada abad ke-16, umat Kristen di Jerman memulai kebiasaan menghiasi pohon cemara di dalam rumah sebagai simbol harapan di tengah musim dingin.
Dari sinilah tradisi pohon Natal menyebar ke seluruh penjuru dunia, membawa serta makna spiritual dan keindahan estetika yang khas. Mulai dari sekadar hiasan sederhana dengan buah-buahan, pohon Natal kemudian mengalami perubahan dengan penambahan berbagai ornamen dan lampu
Advertisement
Salah satu kontribusi budaya penting Jerman adalah tradisi pohon Natal, yang bermula pada abad ke-16. Awalnya, umat Kristen Jerman mulai membawa pohon cemara ke dalam rumah dan menghiasnya dengan roti jahe, kacang, dan apel.
Advertisement
Baca Juga
Pada tahun 1605, di kota Strasbourg, tercatat pohon Natal pertama yang didekorasi dengan bunga mawar, apel, wafer, dan berbagai manisan. Seiring berkembangnya waktu, di abad ke-17, hiasan pohon Natal semakin beragam dengan penambahan dekorasi seperti daun emas, hiasan kertas, dan lilin.
Pada abad ke-19, tradisi ini semakin populer dan mulai menyebar ke seluruh Eropa dan dunia. Menarik untuk dicatat bahwa pohon Natal umumnya dianggap sebagai tradisi gereja Lutheran. Sementara gereja Katolik baru mengadopsi tradisi ini pada tahun 1982, jauh setelah tradisi tersebut berkembang di masyarakat Jerman.
Pohon Natal memiliki sejarah dan makna simbolis yang kaya akan filosofi spiritual. Pohon cemara, yang menjadi pilihan utama untuk pohon Natal, dipilih karena sifatnya yang tetap hijau sepanjang tahun, melambangkan kehidupan abadi dan harapan di tengah kegelapan musim dingin. Beberapa sumber mencoba mengaitkan tradisi ini dengan kisah Taman Eden, di mana pohon cemara yang dihiasi buah-buahan dianggap sebagai representasi simbolik dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Lilin-lilin yang menghiasi pohon Natal memiliki makna mendalam dalam tradisi Kristen, melambangkan cahaya Kristus yang menerangi dunia. Cahaya ini dianggap sebagai simbol harapan dan kemenangan atas kegelapan, sebuah metafora spiritual yang kuat dalam perayaan Natal.
Legenda menarik tentang asal-usul tradisi ini merujuk pada sosok St. Bonifasius, seorang misionaris Inggris yang terkenal dalam sejarah Kristenisasi di Jerman. Menurut cerita, ia pernah menebang pohon ek suci yang disembah oleh suku-suku pagan Jerman sebagai simbol penghapusan kepercayaan musyrik.
Penulis: Ade Yofi Faidzun