Suku di Sulawesi Ini Adopsi Huruf Korea untuk Selamatkan Bahasanya

Bahasa Cia-Cia tidak memiliki aksara sendiri dan masyarakatnya tidak memiliki budaya tulis. Selain itu, bahasa Cia-Cia memiliki kemiripan pelafalan dan struktur bahasa dengan bahasa Korea.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Des 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2024, 17:00 WIB
Mencari Jati Diri Kampung Korea
Kampung Korea Cia-Cia adalah suku yang mendiami sudut selatan Pulau Buton (Potret Menembus Batas SCTV)

Liputan6.com, Baubau - Suku Cia-Cia di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara memilih menggunakan huruf Korea (Hangul) sebagai sistem penulisan resmi untuk bahasa daerah mereka. Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk melestarikan bahasa Cia-Cia yang terancam punah karena tidak memiliki sistem penulisan baku.

Bahasa Cia-Cia tidak memiliki aksara sendiri dan masyarakatnya tidak memiliki budaya tulis. Selain itu, bahasa Cia-Cia memiliki kemiripan pelafalan dan struktur bahasa dengan bahasa Korea.

Mengutip dari berbagai sumber, bahasa Cia-Cia yang dituturkan oleh sekitar 80.000 orang di wilayah Baubau menghadapi tantangan serius dalam pelestarian budayanya. Sebelum mengadopsi huruf Hangul, masyarakat Cia-Cia telah mencoba menggunakan aksara Latin dan Arab.

Akan tetapi, kedua sistem penulisan tersebut tidak mampu merepresentasikan bunyi-bunyi khas dalam bahasa mereka dengan tepat. Melalui kerja sama dengan King Sejong Institute dari Korea Selatan pada tahun 2009, masyarakat Cia-Cia mulai mengimplementasikan penggunaan huruf Hangul yang telah dimodifikasi.

Modifikasi diperlukan karena beberapa bunyi dalam bahasa Cia-Cia tidak memiliki padanan dalam sistem Hangeul asli. Seperti huruf v yang kemudian direpresentasikan menggunakan kombinasi huruf b dan h.

Ide penggunaan huruf Hangul untuk bahasa Cia-Cia muncul setelah Simposium Internasional Pernaskahan ke-9 pada tahun 2005. Saat itu, Profesor Chun Tai-Hyun dari Korea Selatan tertarik dengan bahasa Cia-Cia setelah menemukan kemiripan fonetiknya dengan bahasa Korea.

Implementasi sistem penulisan Hangeul ini dapat dilihat di berbagai fasilitas publik di Kota Baubau, termasuk papan nama jalan dan gedung sekolah yang mencantumkan tulisan dalam huruf Korea. Sekolah-sekolah di wilayah tersebut juga telah memasukkan pembelajaran huruf Hangul ke dalam kurikulum mereka.

Penggunaan huruf Hangeul untuk bahasa Cia-Cia menjadi contoh unik adaptasi lintas budaya dalam upaya pelestarian bahasa daerah. Meskipun menggunakan huruf Korea, tulisan yang terlihat di Baubau tetap menggunakan bahasa Cia-Cia, bukan bahasa Korea.

Penggunaan huruf Hangeul untuk bahasa Cia-Cia menimbulkan reaksi pro dan kontra. Kelompok yang pro berargumen bahwa aksara Ciacia yang diadaptasi dari aksara Korea tidak akan mengubah bahasa Cia-Cia.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya