MDA Gandeng UNCP Bentuk Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Luwu

Kolaborasi MDA dan UNCP juga memberikan pengetahuan baru kepada warga tentang kewaspadaan bencana alam.

oleh Fauzan diperbarui 06 Jan 2025, 16:15 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2025, 15:48 WIB
MDA dan UNCP berikan literasi bencana alam kepada warga (Liputan6.com/Istimewa)
MDA dan UNCP berikan literasi bencana alam kepada warga (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Luwu - Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022–2024, Kabupaten Luwu, di mana PT Masmindo Dwi Area (MDA) beroperasi, menempati peringkat pertama sebagai daerah rawan bencana di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, MDA berkomitmen untuk mengedepankan kesiapsiagaan dalam setiap operasional perusahaan dengan memastikan seluruh kegiatan dilakukan sesuai standar keselamatan tinggi.

Data IRBI yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa Kabupaten Luwu berada di zona merah kerentanan gerakan tanah dan bahaya longsor. Menurut Kepala teknik Tambang MDA Mustafa Ibrahim, langkah-langkah mitigasi yang terpadu sangat penting untuk dipersiapkan.

"Kami menyadari tantangan geografis dan risiko bencana alam di kawasan operasional MDA. Karena itu, kami senantiasa mengembangkan langkah-langkah kesiapsiagaan yang didukung oleh mitra kerja berpengalaman untuk memastikan kelancaran operasional tanpa mengabaikan aspek keselamatan," kata Mustafa, dalam keterangannya, Senin (6/1/2025).

Mustafa menjelaskan, kesiapsiagaan tidak cukup hanya dari pihak perusahaan. Masyarakat desa lingkar tambang juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi risiko bencana. Untuk itu, MDA menggandeng Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) untuk meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA).

DESTANA adalah program yang dikembangkan oleh BNPB, yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam menghadapi bencana melalui penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, dan kemampuan untuk pulih pasca bencana. Dalam fase awal ini ada 2 desa yang akan dibina, yakni desa Ulusalu dan Bonelemo dan secara bertahap akan terus berlanjut ke seluruh desa di Latimojong.

Berkaitan dengan kebencanaan, MDA telah memasang alat sistem peringatan dini (Early Warning System) berupa Automatic Water Level Recorder (AWLR) yang dipasang di Sungai Ulusalu dan Automatic Weather Station (AWS) yang dipasang di desa Salubulo. Alat ini akan memberikan mitigasi yang efektif sebagai peringatan dini secara real time tentang kondisi cuaca dan kondisi level air sungai.

MDA juga memiliki tim Emergency Response Team (ERT) yang kompeten dalam hal survival kebencanaan. Tim ini tidak hanya diterjunkan di kawasan operasi MDA, tetapi juga aktif membantu daerah lain yang tertimpa bencana, termasuk di Kabupaten Barru beberapa waktu lalu.

ERT MDA juga rutin melakukan latihan bersama dengan berbagai lembaga di Luwu, seperti Dinas Kebakaran, PMI, BPBD Luwu, dan lainnya. Selain itu, tim ini juga memberikan pelatihan kepada beberapa perguruan tinggi di Luwu dan Palopo. Ke depannya, masyarakat Ulusalu dan desa-desa tanggap bencana lainnya akan menerima pelatihan serupa agar lebih siap menghadapi situasi darurat kebencanaan.

 

Penguatan DESTANA

MDA dan UNCP berikan literasi bencana alam kepada warga (Liputan6.com/Istimewa)
MDA dan UNCP berikan literasi bencana alam kepada warga (Liputan6.com/Istimewa)

Dalam rangka pembekalan masyarakat terkait Desa Tangguh Bencana (DESTANA), MDA bekerja sama dengan UNCP mengadakan sesi pemaparan tentang kebencanaan pada awal Januari 2025. Acara ini dihadiri oleh perwakilan BPBD Luwu, Kepala Desa Ulusalu, serta Kepala Dusun setempat.

Pada kesempatan tersebut, tim UNCP menyampaikan informasi mengenai penyebab banjir dan longsor yang terjadi pada Mei 2024 di Latimojong, khususnya di Desa Ulusalu, dengan memaparkan data foto udara yang mereka miliki. Selain fokus pada kesiapsiagaan bencana, MDA juga berupaya membangun program yang berkelanjutan melalui edukasi teknik bercocok tanam greenhouse.

Pola pertanian ini dirancang untuk meminimalkan risiko gagal panen dan memberikan pendapatan yang stabil bagi masyarakat setiap bulan. Harapannya, metode ini dapat menggantikan kebiasaan pembukaan lahan di area curam berbukit yang rawan longsor dan dapat membahayakan para penggarap.

"Kolaborasi dengan MDA dan Pemerintah Desa dalam membentuk serta menguatkan DESTANA merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar kawasan tambang dalam menghadapi berbagai ancaman risiko bencana. Selain itu, edukasi mengenai pertanian berbasis greenhouse menjadi inovasi yang sangat relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui teknik adaptasi lahan, yang tidak hanya mengurangi risiko kerja tetapi juga meminimalkan kerusakan lingkungan yang dapat memicu bencana alam," ucap Ketua Tim Program Kolaborasi Pengabdian Masyarakat (PKM) UNCP, Dr. Ichwan. 

Sementara itu Kepala Desa Ulusalu Kadarusman Samad turut memberikan apresiasi dalam kegiatan tersebut. Menurut dia, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk masyarakat karena bisa memberikan pengetahuan dan kewaspadaan tentang bencana alam kepada masyarakat setempat. 

"Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena memberikan pengetahuan baru tentang kesiapsiagaan bencana. Selain itu, metode bercocok tanam yang diajarkan memberikan harapan baru bagi para petani untuk memperoleh penghasilan yang lebih stabil tanpa harus mempertaruhkan nyawa dengan membuka lahan di lereng pegunungan," ujarnya. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya