Ubah Kulit Buah Melon Jadi Parfum, Dekan Fakultas Biologi UGM Raih Anugerah Academic Leader

Berkat melon Peneliti sekaligus Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono, diakui sebagai pionir akademisi melalui Anugerah Academic Leader 2024 di Bidang Sains pada Jumat (13/12) di Graha Diktisaintek, Gedung D Lantai 2, Jakarta.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Jan 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 08:00 WIB
tips memilih melon
tips memilih melon ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Yogyakarta - Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono berhasil mengeksplorasi potensi melon lokal sebagai bahan dasar industri kosmetik dengan pendekatan bioteknologi modern, mengembangkan kultivar baru dengan metode persilangan indukan NO3 dengan MR5. Persilangan itu menghasilkan karakter kulit buah melon yang berukuran kecil, pahit, beraroma khas yang kuat untuk diekstraksi dan diolah menjadi produk Gama Melon Parfum. “Gama Melon Parfum ini memiliki karakter genetik yang unik. Dia punya kandungan kukurbitasin serta berbagai metabolik sekunder yang berpotensi untuk industri kosmetik,” terang Budi pada Rabu 18 Desember 2024 lalu.

Karena hasil penelitian inilah Budi Daryono menerima Anugerah Academic Leader 2024 di Bidang Sains pada Jumat (13/12) di Graha Diktisaintek, Gedung D Lantai 2, Jakarta. Budi mengaku bersyukur karyanya yang berjudul “Karakterisasi Genetik dan Potensi Bioprospeksi ‘Gama Melon Parfum’ sebagai Bahan Baku Kosmetik” diapresiasi. “Senang dan juga bahagia serta ingin ini menjadi motivasi bagi rekan rekan khususnya di fakultas biologi, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, senantiasa berkontribusi berkarya untuk bangsa dan negara,” ucapnya.

Diketahui jika industri kosmetik dalam negeri masih banyak dikuasai oleh pemain-pemain impor sehingga produk kosmetik cenderung memiliki harga yang mahal, Gama Melon Parfum dikembangkan dengan memanfaatkan hasil produksi buah lokal. Tanaman Gama Melon Parfum mampu menghasilkan 4-10 buah dengan berat 50 gram sampai 4 ons dengan rata-rata masa panennya sekitar 55-58 hari. Adanya inovasi ini tidak hanya memberikan solusi untuk mendongkrak produk kosmetik lokal, namun juga membuat produk yang lebih ramah lingkungan. “Saat ini, tim Gama Melon telah memiliki dua produk yang dihasilkan dari buah Gama Melon Parfum, yaitu shampo dan sabun,” ujarnya.

Kerja sama Gama Melon Parfum dengan PT. Gizi Indonesia dan PT. Nudira Sumber Daya Indonesia hasil produk shampo Gama Melon Parfum sudah dijual komersil. Ekstrak Gama Melon Parfum ini dipakai dalam produk shampo NAHLA dalam program Riset Inovatif Produktif (RISPRO)-LPDP.

Proses produksi dilakukan di Greenhouse hidroponik, Pangalengan, Jawa Barat. Inisiasi komersial ini telah dijalankan sejak tahun 2018-2021 untuk mengembangkan senyawa bioaktif seperti flavonoid, terpenoid, dan saponin, dilanjutkan dengan uji prototipe untuk menyesuaikan karakter ekstrak Gama Melon Parfum. “Kami juga sedang melakukan penelitian anti kanker dan anti diabetes mellitus untuk Gama Melon Parfum ini. Karakter unik ini harus terus dikembangkan,” ujarnya.

Menurutnya, pengembangkan kultivar tanaman inovatif seperti Gama Melon Parfum dapat mendukung kemandirian bangsa di industri kosmetik dan geomedis. Selain itu, penggunaan jenis buah lokal diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani lokal. “Tugas kita sebagai akademisi adalah mengungkap apa saja potensi yang dimiliki oleh keanekaragaman Indonesia. Semoga penghargaan ini menjadi titik balik kesadaran kita untuk terus berkarya untuk bangsa dan negara,” ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya