Liputan6.com, Jakarta - Pemahaman tentang konsep Nur Muhammad sering kali menjadi perdebatan, terutama di kalangan umat Islam modern yang cenderung lebih fokus pada aspek zahiriah. Namun, Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, Jawa Tengah, memberikan penjelasan yang mendalam terkait konsep ini.
Gus Baha dikenal sebagai ulama yang mampu menguraikan persoalan agama dengan bahasa yang mudah dipahami. Penjelasannya sering menjadi rujukan dalam memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Advertisement
Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf, Gus Baha mengupas tuntas mengenai konsep Nur Muhammad yang kerap kali menjadi topik diskusi di berbagai kalangan.
Advertisement
Menurut Gus Baha, banyak umat Islam modern, terutama yang tinggal di perkotaan, sering kali sulit menerima konsep Nur Muhammad. Hal ini disebabkan pandangan mereka yang terbatas pada alam zahir, yaitu bahwa Nabi Muhammad memiliki ayah, kakek, dan leluhur seperti manusia biasa lainnya.
"Secara zahir, kita sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki ayah, kakek, dan buyut. Namun, dalam hakikatnya, Nabi Muhammad adalah Sayyidul Awwalin wal Akhirin, pemimpin semua makhluk, baik yang terdahulu maupun yang akan datang," jelas Gus Baha.
Ia menambahkan bahwa hakikat Nabi Muhammad berada di atas segala sesuatu, bahkan sebelum alam semesta ini diciptakan. Konsep ini selaras dengan hadis qudsi yang berbunyi, "Laulaka, laulaka, maa khalaqtu aflak," yang artinya "Andaikan bukan karena engkau, wahai Muhammad, Aku tidak akan menciptakan alam semesta."
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Menggambarkan Konsep Penciptaan Alam
Gus Baha memberikan analogi sederhana untuk mempermudah pemahaman konsep tersebut. Ia membandingkan penciptaan alam semesta dengan proses penulisan sebuah buku biografi.
"Misalnya, kamu menulis buku tentang Bung Karno atau Sunan Bonang. Dalam buku itu, tentu akan disebutkan tentang ayah, masa kecil, atau lingkungan mereka. Tapi, tujuan utama buku itu tetaplah menceritakan Bung Karno atau Sunan Bonang," ungkap Gus Baha.
Demikian pula dengan alam semesta. Segala sesuatu diciptakan dengan tujuan utama untuk menunjukkan keagungan Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam. Segala hal di alam raya ini, pada hakikatnya, mengarah kepada keberadaan Nabi Muhammad.
Gus Baha juga menekankan bahwa memahami hakikat ini memerlukan pandangan yang melampaui realitas zahir. Hal ini menjadi dasar bagi pemahaman yang mendalam tentang posisi Nabi Muhammad dalam Islam.
"Konsep Nur Muhammad ini adalah cara Allah menunjukkan betapa istimewanya Nabi Muhammad. Semua yang ada di alam raya ini diciptakan sebagai bagian dari penghormatan kepada Nabi," tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa pemahaman ini bukanlah hal yang baru, melainkan telah ada dalam tradisi keilmuan Islam sejak zaman para ulama terdahulu. Banyak ulama klasik yang membahasnya dalam kitab-kitab mereka.
Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa menerima konsep ini bukan berarti mengabaikan realitas zahir. Sebaliknya, keduanya harus dipahami secara seimbang untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang keagungan Nabi Muhammad.
Advertisement
Jangan Pakai Sudut yang Sempit
Dalam pandangan Gus Baha, kesalahpahaman sering muncul karena umat Islam cenderung melihat sesuatu hanya dari sudut pandang yang sempit. Padahal, Islam mengajarkan untuk melihat segala sesuatu dengan pandangan yang luas dan mendalam.
Ia mencontohkan, banyak umat yang terpaku pada sejarah fisik Nabi Muhammad, seperti nasab dan perjalanan hidupnya, tetapi melupakan hakikat bahwa Nabi Muhammad telah ada bahkan sebelum alam semesta diciptakan.
"Alam semesta ini seperti panggung besar yang dirancang untuk menunjukkan kemuliaan Nabi Muhammad. Semua skenario diciptakan agar manusia memahami keagungan Nabi," kata Gus Baha.
Penjelasan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Nabi Muhammad adalah pusat dari seluruh penciptaan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki keterkaitan dengan kehadiran Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi semesta alam.
Gus Baha juga menambahkan bahwa memahami konsep ini dapat meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad. Sebab, dengan menyadari posisi istimewa Nabi, umat akan lebih menghormati dan meneladani ajarannya.
Ia mengakhiri penjelasannya dengan mengajak umat Islam untuk terus mendalami ajaran agama agar tidak terjebak dalam pemahaman yang sempit.
"Semakin kita memahami konsep seperti Nur Muhammad, semakin kita menyadari betapa besar nikmat yang diberikan Allah melalui kehadiran Nabi Muhammad di dunia ini," tuturnya.
Penjelasan Gus Baha ini menjadi panduan bagi umat Islam untuk lebih mendalami makna keberadaan Nabi Muhammad dalam kehidupan. Dengan memahami hakikat ini, umat dapat meraih keberkahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Melalui konsep Nur Muhammad, umat Islam diajak untuk merenungkan betapa besar kasih sayang Allah kepada manusia dengan menghadirkan Nabi Muhammad sebagai pembawa cahaya kebenaran.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul