Taktik Tipuan Belanda di Lapangan Terbang Maguwoharjo Yogyakarta

Keberhasilan taktik tipuan di Maguwo menjadi awal dari rangkaian operasi Belanda dalam Agresi Militer II.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Jan 2025, 04:00 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2025, 04:00 WIB
Ilustrasi pesawat tempur.
Ilustrasi pesawat tempur. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Taktik penggunaan boneka payung dalam operasi militer pertama kali tercatat dalam sejarah Indonesia saat Agresi Militer Belanda II di Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta. Strategi ini menjadi bagian dari serangkaian serangan udara Belanda pada 19 Desember 1948 yang berhasil melumpuhkan pertahanan Indonesia.

Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang bertugas menjaga Pangkalan Udara Maguwo saat itu diperkuat oleh personel bekas anggota KNIL dan Pembela Tanah Air (PETA). Mereka dilengkapi dengan senapan mesin peninggalan Jepang yang memiliki kapabilitas menembak jatuh pesawat musuh.

Mengutip dari berbagai usmber, serangan awal Belanda dimulai dengan penerjunan boneka-boneka berseragam militer dari udara. Taktik ini dirancang untuk memancing pasukan Indonesia menghabiskan amunisi mereka.

Setelah pasukan Republik Indonesia menghabiskan peluru untuk menembaki boneka-boneka tersebut, barulah pasukan khusus Belanda yang sesungguhnya diterjunkan. Sebelum penerjunan boneka payung, Belanda melancarkan serangan udara menggunakan pesawat tempur P 40 Kitty Hawk, P 51 Mustang yang dijuluki Cocor Merah, dan Bomber B25 misel yang diterbangkan dari Bandung.

Serangan ini berhasil melumpuhkan pertahanan AURI di Maguwo, termasuk operator senapan mesin yang gugur akibat tembakan roket dan mitraliur. Dalam pertempuran tidak seimbang tersebut, tercatat Kadet Udara Kasmiran, Sersan Mayor Udara Tanumihardjo, Kopral Udara Tohir, beserta 30 prajurit lainnya gugur membela pangkalan.

Jatuhnya Lapangan Maguwo ke tangan Belanda membuka jalan bagi pasukan kolonial untuk melanjutkan serangan ke pusat Kota Yogyakarta. Berbeda dengan Agresi Militer I yang fokus menguasai aset ekonomi melalui jalur darat.

Pada Agresi Militer II Belanda mengubah strategi dengan menyerang pusat pemerintahan di Yogyakarta melalui jalur udara. Perubahan strategi ini didasari pertimbangan untuk memberikan efek kejut yang lebih besar.

Keberhasilan taktik tipuan di Maguwo menjadi awal dari rangkaian operasi Belanda dalam Agresi Militer II. Serangan ini bertujuan menguasai kembali Indonesia, menghancurkan status Republik Indonesia Serikat, dan menangkap para pemimpin pemerintahan Indonesia.

Arsip militer mencatat penerjunan boneka payung di Maguwo terjadi pada pukul 06.00 WIB tanggal 19 Desember 1948. Operasi ini melibatkan 300 boneka berseragam militer Belanda yang diterjunkan dari ketinggian 2.000 kaki.

Pasukan Indonesia menghabiskan sekitar 2.000 butir peluru untuk menembaki boneka-boneka tersebut sebelum pasukan payung Belanda yang sesungguhnya diterjunkan 30 menit kemudian. Taktik ini menjadi bagian dari Operasi Kraai yang merupakan nama kode untuk Agresi Militer Belanda II, dan tercatat sebagai penerjunan boneka payung pertama dalam sejarah perang di Indonesia.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya