Liputan6.com, Mojokerto - Tanggal 30 Januari 2025 menjadi hari penting bagi Bayt Mohammadi Indonesia. Momen ini adalah tonggak pertama perjalanan tarekat yang tidak hanya menitik beratkan pada sisi spiritualitas namun juga pada aktivitas intelektual dan sosial-kemasyarakatan.
Bayt Mohammadi secara resmi telah berdiri ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dilakukan oleh Pengasuh Pondok Pesantren (PP) Amanatul Ummah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Pemimpin Tertinggi Bayt Mohammadi, Mesir Prof Dr Muhammad Abdusshomad Mehanna dan Prof Dr dr. Yusri Rusyd Gabr di Pacet, Mojokerto, juga Syeikh Al Allamah Abdul Aziz Al Shahawi, Kamis (30/1/2025).
Advertisement
Khadim Bayt Mohammadi Indonesia, Dr. KH. Mauhibur Rokhman, Lc. MIRKH mengatakan lembaga tarekat yang diampunya ini berbeda dari teraket lain karena tidak hanya memberi sumbangan konkret terhadap masyarakat, tetapi juga meningkatkan sisi spiritualitas
Advertisement
Baca Juga
“Bayt Mohammadi adalah lembaga nirlaba yang telah menjadi bagian penting dalam upaya pengembangan masyarakat dengan meningkatkan spiritualitas, memberi pelatihan ilmu pengetahuan dan bahkan memberi bantuan sosial secara langsung kepada masyarakat,” ungkap Gus Mauhib, sapaan akrab Khadim Bayt Mohammadi Indonesia ini di Mojokerto.
Gus Mauhib menjelaskan bahwa sebelum diresmikan, Bayt Mohammadi telah menjadi tempat kajian keagamaan seperti kajian hadis serta ilmu keislaman lain, dan telah dilaksanakan sejumlah kegiatan akademis seperti membuka kelas matematika, Bahasa Inggris dan teknologi informasi (TI) kepada masyarakat sekitar.
Tak heran ribuan masyarakat sekitar menghadiri acara peresmian Bayt Mohammadi karena telah mendapat manfaat langsung dari berdirinya sebuah lembaga tarekat yang berbasis pada peningkatan mutu pendidikan masyarakat sekaligus meningkatkan level spiritual ini.
Gus Mauhib mengatakan lembaga tarekat ini menjawab tantangan zaman berupa stigma negatif yang menyatakan tasawuf hanya berfokus pada peningkatan sisi spiritualitas saja, tanpa upaya meningkatkan kemanfaatannya terhadap pemecahan bagi problematika masyarakat.
“Banyak yang mengira bahwa tasawuf hanya berfokus pada ibadah dan ibadah saja. Padahal kaum sufi juga tidak bisa lepas dari sisi kemanusiaan yang meniscayakan hidup bermasyarakat,” ucap Gus Mauhib.
Dia menggaris bawahi bahwa tasawuf yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW justru mendorong agar umatnya lebih produktif dalam menjalani kehidupan dengan terus meningkatkan kemampuan diri baik di bidang ilmu pengetahuan dan ketakwaan.
“Tasawuf justru mengajarkan para pelakunya untuk menjadi produktif sesuai dengan profesinya masing masing-masing dengan memedomani akhlak Rasulullah,” ungkap pria lulusan Al Azhar Mesir ini.
Bahkan, lanjut Gus Mauhib, tasawuf harus menjalin kolaborasi dengan stake holder di pemerintahan dalam hal peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan standar hidup masyarakat.
“Karena dengan cara seperti, tasawuf tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan akan terus relevan dengan perubahan zaman. Kalau tidak, maka kelak tasawuf bisa ditinggalkan kalau tidak sesuai zaman,” ungkapnya.
Gus Mauhib menyebut markas Bayt Mohammadi di Pacet ini mengambil spirit arsitektur Jawa dengan menggunakan material kayu di hampir semua bangunanan di tempat ini.
“Bayt Mohammadi Indonesia terdiri dari beberapa bangunan berarsitektur kayu dengan pendopo utama sebagai ruang pertemuan, beberapa gazebo sebagai ruang kelas dan dua lantai bangunan utama sebagai tempat menginap tamu,” pungkasnya.
Turut hadir dalam acara peresmian ini, Bupati Mojokerto Terpilih Dr. H. Muhammad Al-Barra, Lc., M.Hum yang akrab disapa Gus Barra. Dirinya sangat bangga karena kabupaten yang ia pimpin menjadi markas Bayt Mohammadi di Indonesia.
“Bayt Mohammadi menjadi solusi nyata bagi masyarakat untuk meningkatkan skil sehingga level diri mereka meningkat dan berdampak baik pada peningkatan taraf hidup. Saya bangga ada lembaga seperti ini berdiri di Mojokerto,” ungkapnya.