Liputan6.com, Cilacap - Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA, Narukan, Rembang, Jawa Tengah, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengaku kalau dirinya jarang melaksanakan sholat sunah, termasuk sholat Dhuha.
“Saya seandainya bukan ulama itu rajin menjalankan sholat sunah qabliyah, ba’diyah dan witir, tapi masalahnya ada etika,” kata Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @NgajiOnlineSuudberau, Jumat (07/02/2025).
Advertisement
Sebagai seorang ulama yang alim, pengakuan Gus Baha ini tentunya memunculkan tanda tanya besar di kalangan orang awam.
Advertisement
Sebenarnya murid Mbah Moen melakukan hal itu bukannya tanpa alasan yang mendasarinya. Beliau menerangkan alasannya ilmiahnya.
Baca Juga
Gus Baha melandasi pemahamannya ini berdasarkan pendapat Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab Ghunyah yang di dalamnya berisi kisah Abdullah Ibn Mas'ud yang marah kepada orang yang terlalu sering melakukan sholat Dhuha.
Simak Video Pilihan Ini:
Abdullah Ibn Mas'ud Marah kepada Orang yang Sering Melakukan Sholat Dhuha
Gus Baha menerangkan alasan di balik jarangnya ia melakukan sholat sunah sebab dikhawatirkan sholat yang dilakukan ini dianggap wajib.
"Sesuatu yang sunah dilakukan terus-menerus, itu khawatir dianggap wajib," ujarnya.
Beliau juga menyitir salah satu kitab karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yakni kitab Ghunyah. Dalam kitab tersebut terdapat cerita saat Abdullah Ibn Mas'ud mendatangi rumah dan memarahi orang yang sangat sering melaksanakan sholat Dhuha.
Marahnya Abdullah Ibn Mas'ud bukannya tanpa alasan, sebab boleh jadi orang awam akan menganggap bahwa sholat Dhuha itu wajib lantaran melihat orang tersebut.
"Makanya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang terkenal rajanya para wali itu seperti itu fatwanya dalam kitab Ghunyah," sambungnya.
"Ta'birnya pernah saya tunjukan ke kiai Misbah, itu jika ada orang tiap hari sholat Dhuha, oleh Abdullah Ibn Mas'ud itu didatangi rumahnya dan dimarahi," kata Gus Baha menerangkan isi kitab Ghunyah.
"Kamu itu menambahi sunahnya Nabi, Dhuha itu satu bulan saja," tuturnya.
"Itu yang cerita Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang khusyu," katanya.
Advertisement
Tata Cara Sholat Dhuha
Mengutip NU Online, adapun tata cara sholat dhuha tidak jauh berbeda sebagaimana sholat sunnah yang lainnya. Namun, untuk mengingatkan kembali berikut adalah tata cara sholat dhuha.
1. Niat sholat dhuha
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.
2. Membaca surat Al-Fatihah
3. Membaca surat-surat pendek Al-Qur’an.
Di rakaat pertama dianjurkan untuk membaca surat as-Syamsu. Sementara di rakaat kedua dianjurkan untuk membaca srat ad-Dhuha. Namun boleh juga diganti dengan surat lain seperti surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.
Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan shalat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat. Kemudian dianjurkan untuk membaca doa sebagai berikut:
Doa sholat dhuha
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang salih.
Setelah itu dianjurkan untuk memperbanyak bacaan doa berikut:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm.
Artinya: Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang. (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman: 255).
Dibaca sebanyak 40 atau 100 kali.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)