Liputan6.com, Yogyakarta - Konsep pendidikan di tingkat pusat menurut Lusi Mugiyani, Board of Director ECCD RC (Early Childhood Care & Development Resource Centre), yang juga memiliki pengalaman langsung dalam pembuatan peta jalan di Direktorat PAUD Kemendikbud, sudah sangat bagus, namun berbeda dalam hal implementasi di lapangan.
Ia mengatakan dalam membangun kembali pendidikan tidak harus selalu dimulai dengan melakukan perubahan besar, namun dimulai dari kebiasaan hal kecil.
Dia mencontohkan di tingkat pelajar, terdapat tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur lebih awal. Menurutnya dengan kebiasaan-kebiasaan hal kecil ini sangat kontekstual dan akan berdampak besar.
Advertisement
“Itu hal kecil, tetapi jika dilakukan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar. Karena anak zaman sekarang, sepulang sekolah langsung bermain gawai dan tidak bersosialisasi. Jadi, jika ingin melakukan perubahan, mulailah dari pembiasaan,” ujarnya di UMY Student Dormitory, Jumat 28 Februari 2025.
Advertisement
Baca Juga
Hardi Santosa, Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan membangun kembali pendidikan tidak selalu harus ada perubahan besar secara drastis tapi kebiasaan hal kecil. Permasalahan besar di kalangan anak muda saat ini yaitu sulit tidur lebih awal, yang berdampak pada gangguan konsentrasi dan distraksi karena terlalu sering menggunakan gawai.
“Padahal, apa yang kita baca, kita lihat, dan kita dengar tanpa sadar membangun konstruksi berpikir kita. Konstruksi berpikir ini kemudian melahirkan sikap, perilaku, dan kebiasaan yang membentuk kepribadian kita, dan itu adalah proses yang panjang,” terangnya.
Menurutnya kalau anak muda dapat tidur lebih awal, berolahraga, makan sehat, dan bermasyarakat, maka ketika kebiasaan hal kecil ini akan menjadi siklus hidup dan berdampak besar di masa depan. Ia pun mengajak mahasiswa untuk memastikan agar mereka dapat menjadi bagian dari peradaban melalui pendidikan agar dapat dikenang sebagai “maha”-nya para siswa.
“Jika terjadi banyak perubahan tetapi kita hanya menjadi penonton, maka kita tidak akan tercatat sebagai apa pun. Almamater kita mungkin hanya akan tergantung di dalam lemari. Keberhasilan pendidikan Indonesia di masa depan sangat bergantung pada bagaimana kita membangun kesadaran dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi masa depan bangsa,” tegas Hadi.
Ia memberikan rekomendasi ke pemerintah soal membangun kembali pendidikan dari kebiasaan hal kecil dengan memberikan akses pendidikan yang lebih luas kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil. Sumber daya manusia (SDM) harus dipersiapkan agar dapat bersaing di tingkat global, salah satunya dengan memberikan beasiswa.