Ruma Bolon, Rumah Adat Batak Toba yang Sarat Makna

Selain itu, rumah ini tidak memiliki jendela besar, yang bertujuan untuk menjaga kehangatan di dalam rumah serta melindungi penghuninya dari serangan musuh

oleh Panji Prayitno Diperbarui 14 Mar 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 00:00 WIB
Ruma Bolon, Rumah Adat Batak Toba yang Sarat Makna
Rumah Bolon di Huta Siallagan (Reza Efendi/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ruma Bolon adalah rumah adat tradisional masyarakat Batak Toba Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam arsitektur dan filosofi hidup masyarakatnya. Rumah ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan sistem sosial, nilai budaya, dan warisan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.

Ruma Bolon berbentuk rumah panggung dengan struktur kayu yang kokoh dan atap berbentuk melengkung menyerupai perahu terbalik. Biasanya, atapnya terbuat dari ijuk atau bahan lain yang tahan terhadap hujan dan panas, menjadikannya tahan terhadap berbagai kondisi cuaca.

Dinding rumah dihiasi dengan ukiran khas Batak yang memiliki makna simbolis mendalam, seperti motif gorga yang mencerminkan perlindungan dan keberanian. Pintu masuk rumah ini dibuat rendah sebagai bentuk penghormatan kepada penghuni rumah saat seseorang masuk, sehingga tamu harus membungkuk sebagai tanda sopan santun.

Selain itu, rumah ini tidak memiliki jendela besar, yang bertujuan untuk menjaga kehangatan di dalam rumah serta melindungi penghuninya dari serangan musuh pada masa lalu, mengingat masyarakat Batak Toba dahulu sering menghadapi peperangan antarsuku.

Struktur Ruma Bolon tidak menggunakan paku, melainkan disatukan dengan pasak kayu yang kuat, menunjukkan kepiawaian para leluhur dalam membangun rumah dengan teknik konstruksi yang tahan lama. Di bawah rumah terdapat ruang terbuka yang sering digunakan sebagai kandang ternak atau tempat penyimpanan peralatan pertanian, sedangkan bagian atas digunakan sebagai tempat tinggal.

Biasanya, satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan, mencerminkan konsep gotong royong dan kebersamaan dalam budaya Batak Toba. Di dalam rumah tidak terdapat sekat yang jelas, tetapi ruangannya terbagi secara fungsional berdasarkan posisi dan kedudukan dalam keluarga.

Bagian tengah rumah digunakan sebagai tempat berkumpul, sementara sisi-sisinya diperuntukkan bagi anggota keluarga yang lebih tua atau memiliki status yang lebih tinggi dalam masyarakat.

Bagian dapur terletak di belakang dan menjadi tempat aktivitas memasak serta berkumpulnya kaum perempuan. Filosofi dari tata letak rumah ini mencerminkan hubungan sosial yang erat di antara para penghuninya, di mana semua anggota keluarga dapat berinteraksi tanpa sekat yang membatasi mereka.

Promosi 1

Keunikan

Selain sebagai tempat tinggal, Ruma Bolon juga menjadi pusat berbagai aktivitas adat dan keagamaan. Upacara adat seperti pesta pernikahan, kelahiran, dan kematian sering diadakan di dalam rumah ini, menunjukkan bahwa rumah bukan hanya sekadar bangunan fisik tetapi juga memiliki fungsi sosial dan spiritual yang mendalam.

Dalam tradisi Batak Toba, rumah adat ini sering dikaitkan dengan konsep kosmologi yang membagi dunia menjadi tiga bagian yakni dunia atas (banua ginjang) yang melambangkan dewa dan roh leluhur, dunia tengah (banua tonga) yang merupakan tempat manusia hidup, dan dunia bawah (banua toru) yang dikaitkan dengan kehidupan setelah mati.

Atap rumah yang melengkung tinggi melambangkan hubungan dengan dunia atas, sementara bagian tengah rumah adalah tempat manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Ruang bawah rumah yang digunakan untuk menyimpan ternak atau peralatan melambangkan dunia bawah yang berkaitan dengan kesuburan dan kehidupan ekonomi.

Pembagian ini menunjukkan bagaimana masyarakat Batak Toba memahami alam semesta dan keberadaan manusia di dalamnya. Meskipun zaman semakin modern dan banyak masyarakat Batak yang telah beralih ke rumah-rumah bergaya modern, keberadaan Ruma Bolon tetap dipertahankan di beberapa daerah sebagai bagian dari identitas budaya.

Beberapa rumah adat ini masih berdiri kokoh dan menjadi daya tarik wisata budaya, terutama di daerah sekitar Danau Toba. Pemerintah dan masyarakat adat setempat terus berupaya melestarikan warisan ini dengan membangun kembali atau merenovasi Ruma Bolon agar tetap bisa menjadi bagian dari sejarah yang hidup.

Keunikan dan keindahan arsitekturnya bahkan sering menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin memahami lebih dalam tentang budaya Batak Toba. Dalam beberapa acara adat atau festival budaya, Ruma Bolon masih digunakan sebagai tempat pertemuan atau perhelatan, menunjukkan bahwa rumah ini tetap memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Batak, baik secara simbolis maupun praktis.

Keunikan arsitektur dan filosofi di baliknya menunjukkan bagaimana masyarakat Batak Toba memiliki hubungan erat dengan alam dan tradisi leluhur mereka. Oleh karena itu, upaya pelestarian Ruma Bolon bukan hanya sekadar menjaga sebuah rumah adat, tetapi juga mempertahankan identitas budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya