Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird melakukan penawaran saham perdana pada akhir kuartal III 2014. Jumlah saham yang akan dilepas ke publik dikabarkan sekitar 20 persen-25 persen.
Blue Bird mengincar dana sekitar US$ 300 juta-US$ 400 juta dari hasil IPO. Dana hasil IPO ini digunakan untuk ekspansi usaha perseroan dengan menambah jumlah armada. Dengan penambahan jumlah armada, perseroan juga mengembangkan sayap bisnis ke Asia Tenggara.
Pangsa pasar Blue Bird mencapai 33 persen di Indonesia. Hal ini menunjukkan ruang besar untuk tumbuh ditunjang dari demografi Indonesia. Faktor tersebut akan memberikan keuntungan bagi perseroan di masa mendatang.
Advertisement
Berdasarkan laporan Boston Consulting Group, ada 74 juta orang Indonesia tergolong kelas menengah. Angka ini dua kali lipat menjadi sekitar 141 juta orang pada 2020. Sentimen tersebut memberikan keuntungan bagi operator taksi hingga pemerintah memberikan transportasi umum massal yang memadai mulai dari bus hingga sistem monorel.
Saat ini perseroan menawarkan armada 30 ribu kendaraan, dan beroperasi di 17 kota di Indonesia. Dalam rangka IPO, Blue Bird telah menunjuk UBS, Credit Suisse, dan PT Danareksa Sekuritas. Sumber FinanceAsia menyatakan, sindikasi price earning perseroan pada 2015 antara 18,4-24,3 kali sehingga kapitalisasi pasarnya antara US$ 1,7 miliar-US$ 2,2 miliar.
Roadshow formal dalam rangka IPO Blue Bird dilakukan mulai 29 September 2014. Ada pun penentuan harga disepakati pada 6 Oktober.