Meneropong Prospek Investasi pada 2015

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup cemerlang sepanjang 2014. Lalu bagaimana proyeksi prospek investasi pasar modal dan lainnya

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jan 2015, 16:45 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2015, 16:45 WIB
Ihsg
(Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Tak terasa waktu cepat berlalu, dan kini memasuki tahun 2015. Sejumlah realisasi investasi di sektor keuangan terutama pasar modal mencatatkan kinerja cemerlang. Namun ada sebagian portofolio investasi yang belum cemerlang di 2014.

Di sektor keuangan, realisasi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan 22 persen secara year to date menjadi 5.226 pada penutupan perdagangan saham 30 Desember 2014. Kenaikan IHSG itu ditopang dari aliran dana investor asing yang mencapai Rp 42 triliun sepanjang tahun 2014.

Aksi beli investor asing itu terjadi di tengah optimisme dari pelaksanaan pemilihan umum dan pemerintah baru. Di sisi lain ekonomi Indonesia cenderung melambat pada 2014. Bank Indonesia bahkan telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,75 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun kembali sentuh level 5%.

Lalu melihat kondisi tersebut, bagaimana peluang investasi di sektor keuangan dan emas pada 2015?

Sejumlah analis menilai, prospek pasar modal masih menarik di tahun kambing. Meski demikian, hal itu tergantung dari faktor fundamental ekonomi Indonesia dan global.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,4 persen pada 2015. Hal itu dipengaruhi dari kebijakan Bank Indonesia (BI) mengantipasi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve.

Sementara itu, riset PT Bahana Securities menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada tahun ini. Malah pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 bisa di bawah lima persen.

Hal ini sebagai akibat pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang mengurangi daya beli masyarakat yang selama 10 tahun terakhir terbiasa dengan subsidi. "Momentum pemulihan kemungkinan terjadi pada semester II 2015, sekira pemerintah mampu memacu swasta berinvestasi," tulis riset PT Bahana Securities.

Direktur PT Bahana TCW Invesment Management, Budi Hikmat menuturkan, realisasi kenaikan harga BBM bersubsidi pada November 2014 dapat mendorong pengalihan dana subsidi ke infrastruktur. Akan tetapi memang perlu realisasi nyata pengalihan subsidi digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Pemerintah yang menetapkan subsidi tetap bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Budi menilai, hal itu baik agar alokasi APBN benar digunakan untuk sektor produktif. "Oleh karena itu, kita benahi dulu subsidi," tutur Budi, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis, Sabtu (3/1/2015).

Kedua, aliran dana investor asing cukup deras mengalir ke Bursa Efek Indonesia yang mencapai Rp 42 triliun pada 2014. Akan tetapi aliran dana investor asing ini menurut David, tidak akan deras masuk ke Indonesia pada 2015.

Hal itu mengingat kebijakan bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunga acuannya. Langkah The Federal Reserve itu dapat membuat aliran dana investor asing berbalik ke AS.

Ketiga, menurut Budi, faktor politik terutama rencana revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015 dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga menjadi perhatikan.

Dengan melihat kondisi ekonomi domestik dan global, David memperkirakan IHSG akan di level 5.480 pada 2015. IHSG cenderung bergerak di kisaran5.794-5.982. "Target itu sama dengan price earning ratio (PER) sebesar 16,2 kali dengan price to book value sebesar 2 kali," kata David.

Sedangkan Budi melihat, pergerakan IHSG selama semester I 2015 masih mengikuti panduan SLIVE yaitu sentimen, likuiditas, interest rate, valuasi dan earning. "Kami perkirakan imbal hasil di saham sekitar 17 persen pada 2015," ujar Budi.

Prospek Investasi Emas

Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Prospek Investasi Emas

Harga emas dunia cenderung tertekan sepanjang 2014. Ada sejumlah faktor yang membuat harga emas tertekan. Pertama, aksi jual para investor setelah perekonomian Amerika Serikat (AS) membaik.

Prediksi data ekonomi AS akan terus membaik dalam beberapa bulan ke depan sehingga membuat investor berpaling dari emas.

Kedua, harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve juga akan menekan harga emas. Para investor mengantisipasi hal itu dengan memburu dolar sehingga dolar menguat terhadap beberapa mata uang lain.

Ketiga, tingkat inflasi yang rendah di China juga menjadi salah satu faktor yang membuat permintaan emas menurun dan menyebabkan harga logam mulia melemah.

Analis PT Monex Investindo, Ariston Tjendra menuturkan, sejumlah faktor tersebut masih mempengaruhi harga emas pada 2015. Pelaku pasar cenderung menunggu kenaikan suku bunga acuan AS.

Hal itu juga memicu dolar menguat. Dengan dolar menguat akan membuat harga emas turun. Ekonomi China juga diprediksikan melambat pada tahun ini. Padahal konsumen emas terbesar di China.

"Harga emas masih dalam tekanan di 2015. Kemungkinan harga emas dunia diperkirakan US$ 1.100 per troy ounce," kata Ariston.

Oleh karena itu, Ariston menilai, investasi emas masih menarik untuk jangka panjang dengan kurun waktu 2-3 tahun. Pelaku pasar dapat membeli emas dengan porsi kecil. Mengingat harga emas masih tertekan.

Prospek Investasi Reksa Dana

IHSG
(Foto: Antara)

Prospek Investasi Reksa Dana

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dana kelolaan reksa dana mencapai Rp 239,93 triliun hingga 24 Desember 2014. Total dana kelolaan reksa dana saham masih terbesar dibandingkan produk reksa dana lainnya. Total dana kelolaan reksa dana saham mencapai Rp 104,42 triliun.

Berdasarkan data PT Infovesta, rata-rata imbal hasil reksa dana saham tertinggi dibandingkan produk reksa dana lainnya. Rata-rata imbal hasil reksa dana saham mencapai 25,82 persen pada 30 November 2014.

Analis PT Infovesta Yosua Zisokhi mengatakan, reksa dana saham masih dapat memberikan kinerja sekitar 8,7 persen-11,6 persen di akhir tahun 2015. Hal itu didukung oleh perbaikan ekonomi Indonesia dan proyeksi laba emiten yang membaik.

"Namun tetap ada tantangan untuk reksa dana saham terutama dari potensi kenaikan suku bunga The Fed dan perlambatan ekonomi global," ujar Yosua.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi, Fund Manager PT AAA Asset Management, Akuntino menuturkan, ada sejumlah faktor yang jadi pertimbangan berinvestasi. Pertama, pelaku pasar mempertimbangkan keperluan investasi. Kedua, waktu investasi. Ketiga, profil risiko investasi. (Ahm/)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya