Melirik Portofolio Investasi Aberdeen Asset Management

Harga minyak dunia merosot dinilai dapat menguntungkan Indonesia karena dapat dialihkan untuk proyek infrastruktur.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Jan 2016, 15:53 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 15:53 WIB
20151127-Penutupan-IHSG-Jakarta-AY
Pengunjung melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/11). Bursa saham Indonesia kembali melemah pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan infrastruktur Indonesia dan harga minyak dunia merosot menjadi pertimbangan PT Aberdeen Asset Management untuk memilih sejumlah portofolio investasi di saham pada 2016.

Head of Investment PT Aberdeen Asset Management Indonesia, Bharat Joshi menuturkan, pasar modal Indonesia telah mengalami jenuh jual pada 2015. Nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sekitar 13 persen pada tahun lalu telah mempengaruhi ekonomi Indonesia termasuk pasar modal.

Selain itu, harga komoditas tertekan dan kredit melambat juga turut mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Belanja pemerintah diharapkan jadi penopang pertumbuhan ekonomi pun tak sesuai harapan.

Akan tetapi, Bharat menuturkan, kondisi tersebut mulai berubah pada tahun ini. Pasar modal Indonesia cukup menarik apalagi valuasi sahamnya sudah murah.

Ditambah fokus pemerintah Indonesia menggenjot proyek infrastruktur juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016. Kini realisasi belanja pemerintah pun mulai digenjot sejak awal tahun 2016.

Bharat menambahkan, harga minyak dunia merosot hingga sempat sentuh level US$ 27 per barel juga menjadi keuntungan di pemerintahan Jokowi. Bharat menilai, harga minyak dunia sudah murah ini dapat membuat pemerintah Indonesia mengalihkan anggarannya untuk menggenjot proyek infrastruktur.

"Biaya distribusi di Indonesia cukup tinggi mencapai 23 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Dengan harga minyak dunia murah dapat dialihkan untuk proyek infrastruktur," ujar Bharat saat ditemui di kantornya pada Selasa (26/1/2016).

Ia mengatakan, harga minyak dunia tertekan memang dapat berdampak terhadap  ekspor sehingga dapat menurunkan pendapatan negara. Apalagi ekspor Indonesia sebagian dari ekspor minyak kelapa sawit dan tambang. Bharat menuturkan, pemerintah memang perlu mencari pemasukan lain untuk menggenjot pendapatan negara.

"Pemerintah harus mendorong foreign direct investment (FDI) untuk menyeimbangkan harga minyak dunia yang merosot," kata Bharat.

Selain itu, Bharat menilai rencana pemerintah memberikan pengampunan pajak atau tax amnesty juga dapat meningkatkan pendapatan negara. Dengan tax amnesty itu dapat menarik dana yang ditempatkan di luar negeri kembali ke Indonesia.

Kondisi nilai tukar rupiah cenderung stabil di awal tahun dan inflasi rendah serta harga minyak rendah diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan emiten pada 2016.

Portofolio Saham

Dengan kondisi tersebut menjadi pertimbangan perusahaan manajer investasi asal London ini untuk memilih saham dalam portofolio investasi PT Aberdeen Asset Management. Portofolio sektor saham yang dipilih antara lain sektor saham bank, barang konsumsi, telekomunikasi dan semen.

Sejumlah pilihan sahamnya antara lain saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT). Sedangkan sektor semen lainnya antara lain PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Bharat mengatakan, pihaknya memilih sektor saham telekomunikasi lantaran ada peningkatan volume data. Kenaikan volume data ini diperkirakan terus berlanjut pada 2016. "Tahun lalu volume penjualan Indofood, rokok dan lainnya turun. Kalau telekomunikasi tidak alami penurunan bahkan meningkat untuk data," kata Bharat.

Selain itu, pihaknya juga memilih saham PT Unilever Indonesia Tbk karena diuntungkan dari harga minyak dunia tertekan. Dengan harga minyak dunia melemah dapat memangkas biaya distribusi PT Unilever Indonesia Tbk.

"Tahun lalu memang banyak saham tertekan. Akan tetapi kami memilih saham-saham yang terus mampu untuk bertahan. Kami memilih perusahaan punya kinerja keuangan kuat, kas besar," tutur Bharat.

Karena itu, pihaknya meski menyukai sektor saham infrastruktur dan konstruksi tetapi lebih memilih sektor saham semen. Bharat menilai, kalau sektor saham infrastruktur dan konstruksi seperti jalan tol akan memberikan imbal hasil cukup lama. Sedangkan sektor saham semen segera mendapatkan keuntungan dari proyek infrastruktur yang sedang dijalankan. (Ahm/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya