Program Sejuta Rumah Topang Kinerja BTN

Program sejuta rumah menjadi pendorong penyaluran kredit perumahan PT Bank Tabungan Negara Tbk.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Mar 2016, 13:25 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2016, 13:25 WIB
BTN Property EXPO
Foto: Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berpotensi tetap mencatatkan kinerja cemerlang pada tahun ini. Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan hunian masyarakat lewat program satu juta rumah akan mendukung kinerja perseroan.

PT Bank Tabungan Negara Tbk pun salah satu pemain yang fokus terhadap kredit perumahan terutama segmen menengah bawah.

Pemerintah mengalokasikan dana Rp 12,5 triliun untuk subsidi perumahan. Salah satunya digunakan untuk program satu juta rumah yang bertujuan memenuhi kebutuhan hunian di Indonesia. Sekitar Rp 9,23 triliun akan digunakan untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Analis PT BNI Securities, Richard Jerry mengatakan, program satu juta rumah akan mendorong penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk pada 2016. Perseroan menargetkan dapat mensubsidi sekitar 300 ribu rumah pada tahun ini, atau sekitar 60 persen dari total target pemerintah untuk subsidi perumahan.

Perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sekitar 19,88 persen menjadi Rp 138,95 triliun pada 2015. Angka itu di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri 10,4 persen. Pertumbuhan kredit itu terjadi di tengah industri bank dan perumahan melemah.

Dari penyaluran kredit, sekitar 31,32 persen dikontribusikan dari kredit perumahan bersubsidi. Pertumbuhan kredit perumahan bersubsidi itu sekitar 26,73 persen secara year on year (YoY).

"Kami memperkirakan kredit perseroan tumbuh sekitar 18 persen pada 2016. Ini juga sejalan dengan target manajemen," ujar Richard seperti dikutip dari riset 11 Maret 2016, seperti ditulis Rabu (16/3/2016).

Pertumbuhan kredit pada 2016 juga masih akan ditopang dari kredit perumahan. Richard permintaan perumahan untuk kelas menengah bawah masih menarik. Lantaran masyarakat kelas menengah bawah itu memenuhi kebutuhan hunian ketimbang investasi.

Namun, pihaknya juga mengharapkan pertumbuhan kredit dari segmen perumahan non subsidi dan konstruksi mengingat pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia/BI Rate menjadi tujuh persen.

Pertumbuhan kredit itu juga mendorong kinerja perseroan pada 2015. Tercatat laba bersih naik 62 persen menjadi Rp 1,85 triliun pada 2015 dari periode 2014 Rp 1,14 triliun. Pendapatan bunga bersih tumbuh menjadi Rp 6,8 triliun pada 2015.

Bisnis Asuransi Jadi Penopang Kinerja

Bisnis Asuransi Jadi Penopang Baru Kinerja

Richard mengatakan, perseroan memiliki lini bisnis baru di bidang asuransi dan multifinance dapat mendongkrak fee based income pada 2016. Pihaknya melihat tren fee base income stabil dalam tiga tahun ini.

Perseroan telah melakukan nota kesepahaman dengan Jasindo untuk  membentuk perusahaan patungan. Langkah itu dilakukan sebagai upaya mendiversifikasi usaha lewat asuransi dan multifinance. PT Bank Tabungan Negara Tbk memiliki sekitar 70 persen saham di perusahaan patungan itu.

"Ini akan menjadi kesempatan bagi nasabah lama perseroan. Ada pun bisnis multifinance dapat mendorong pembiayaan bagi pelanggan terutama wirausaha," kata Richard.

Akan tetapi, Richard menilai ada sejumlah risiko yang harus diperhatikan. Pertama, permintaan kredit perumahan melambat baik perumahan subsidi dan non subsidi. Kedua, kegagalan perseroan untuk restrukturisasi pinjaman.

Richard merekomendasikan hold saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. Target harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk Rp 1.800, atau naik 50 persen dari target sebelumnya. Pada penutupan perdagangan saham Selasa kemarin, saham BBTN ditutup di level harga Rp 1.750 per saham. (Ahm/Igw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya