Liputan6.com, New York - Keputusan Inggris Hengkang dari Uni Eropa (UE) membuat pasar saham global kehilangan dana hingga US$ 2 triliun atau setara Rp 27.138 triliun (kurs US$ 1=Rp 13.569). Sementara pound sterling mencetak pelemahan terbesar dalam 31 tahun dipicu para investor yang beralih ke aset investasi seperti emas dan obligasi pemerintah.
Melansir laman Reuters, Sabtu (25/6/2016), keputusan Inggris menjadi pukulan bagi investor dan memicu ketidakpastian yang bisa mendorong Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) mengkaji kembali rencana kenaikan suku bunganya pada tahun ini. Kondisi ini bahkan bisa memicu munculnya kebijakan darurat terkait pelonggaran dari the Fed.
Langkah ini di luar dugaan investor, yang berharap Inggris untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa. Keputusan akhir Inggris kemudian memicu kenaikan tajam di pasar aset.
Investor lebih memilih instrumen investasi yang aman seperti emas, mata uang yen Jepang serta obligasi. Usai Brexit, harga emas di pasar spot emas naik hampir 4 persen. Sementara obligasi 10 tahun Amerika jatuh ke titik terendah.
Baca Juga
Pemilu AS hingga Pertemuan FOMC Bakal Warnai Pasar Keuangan Global
Dorong Lini Modest Fashion Indonesia yang Ramah Lingkungan Masuk Pasar Global, Produk Seperti Apa yang Digemari?
Gandeng Halima Aden, Laura Basuki, Alyssa Daguise, dan Putri Marino, Brand Modest Fashion Indonesia Ketuk Pintu Pasar Global
Pasar saham Eropa anjlok. Bursa Frankfurt dan Paris masing-masing turun 7 persen dan 8 persen. Demikian pula pasar saham Italia dan Spanyol merosot lebih dari 12 persen, dipimpin saham bank.
Advertisement
Bursa London turun 3,2 persen, dengan beberapa investor berspekulasi bahwa anjloknya pound sterling bisa memberikan keuntungan bagi ekonomi Inggris. Meski indeks ditutup naik 2 persen pada minggu ini dan mencatat keuntungan terbaik mingguan lebih dari dua bulan.
"Saya pikir pasar benar-benar hari "basah" hari ini, itulah mengapa Anda melihat perdagangan beresiko besar. Namun pada akhirnya, ketika pasar mulai stabil, saya pikir mereka akan menyadari bahwa ini bukan akhir dari dunia," kata Jeff Kravetz, Ahli Strategi Private Client Reserve di US Bank.
Selain itu, perbankan besar Inggris juga menanggung rugi hingga US$ 100 miliar. Ini usai saham bank milik Lloyds, Barclays dan RBS terjun hingga 30 persen.
Saham-saham di Wall Street diperdagangkan turun lebih dari 3 persen, dengan indeks Dow Jones turun 655 poin. Ini menjadi penurunan harian terburuk dalam 10 bulan.
Dow Jones industrial average turun 611,21 poin atau 3,39 persen menjadi 17.399,86. Kemudian indeks S & P 500 kehilangan 76,02 poin atau 3,6 persen ke posisi 2.037,3 dan Nasdaq Composite turun 202,06 poin atau 4,12 persen menjadi 4.707,98. Semua negara indeks saham dunia turun 4,8 persen.
Bank sentral sejumlah negara mengambil langkah untuk mempertahankan kepercayaan pasar dengan menjanjikan penyuntikan likuiditas untuk mengantisipasi kerugian besar-besaran akibat "Brexit".
Bank of England, Bank Sentral Eropa dan Bank Rakyat Cina semua mengatakan siap untuk menyediakan likuiditas jika diperlukan untuk menjamin stabilitas pasar global.(Nrm/Ndw)