Liputan6.com, Jakarta Bursa Asia sedikit mengambil nafas pada pembukaan perdagangan hari Jumat, melayang tepat di bawah level tertinggi selama 1,5 tahun.
Investor bersiap untuk potensi sesi yang akan goyang setelah komentar Presiden Donald Trump yang menyebut China adalah juara dalam memanipulasi mata uang.
Melansir Channel News Asia, Jumat (24/2/2017), sejak bulan lalu atau lebih, pasar finansial terpukul oleh proteksionisme yang diterapkan oleh Donald Trump. Kemudian komentar Trump pada China sedikit meningkatkan kepercayaan diri hubungan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar itu.
Advertisement
Komentar itu muncul beberapa jam setelah sekretaris keuangannya yang baru berjanji soal metode pendekatan lebih banyak untuk menganalisa mata uang asing China. Yuan berada di level 6,8476 per dolar. Di perdagangan onshore, yuan jatuh 6,6 persen tahun lalu dan terbesar dalam 20 tahun terakhir.
MSCI broadest indeks Asia Pasifik di luar jepang turun 0,1 persen pada awal perdagangan setelah kenaikan 4 sesi berturut-turut, sementara Nikkei turun 0,7 persen.
Hal ini berbeda dengan Wall Street. Bursa saham Amerika Serikat alias Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Kamis kemarin. Saham energi menopang penguatan Wall Street.
Selain saham energi, janji dari Presiden Donald Trump pada pada bos-bos perusahaan besar di AS untuk membuka jutaan lapangan kerja juga berkontribusi pada penguatan Wall Street.
Pada sebuah pertemuan dengan sejumlah petinggi perusahaan, Trump mengatakan bahwa dia berencana untuk membawa kembali jutaan lapangan kerja ke Amerika Serikat. Sayang Trump belum merinci bagaimana caranya dia bisa melakukan hal itu.