Ada Dugaan Rusia Terlibat di Pemilu AS Bikin Wall Street Tertekan

Pada perdagangan saham di siang hari, tekanan terhadap Wall Street pulih setelah Pemimpin Senat AS menunda masa reses.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Jul 2017, 05:01 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2017, 05:01 WIB
Wall Street Tumbang Dipicu Saham AIG dan Twitter
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street hanya sedikit berubah pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen politik menjadi penggerak Wall Street pada perdagangan kali ini.

Mengutip Reuters, Rabu (12/7/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,55 poin menjadi 21,409.07. S&P 500 kehilangan 1,9 poin atau 0,08 persen, menjadi 2.425,53. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 16,91 poin atau 0,27 persen menjadi 6,193.31.

Wall Street tertekan di awal perdagangan Selasa usai adanya berita yang menyatakan bahwa putera laki-laki tertua dari Presiden AS Donald Trump mendapat surat elektronik (email) dukungan dari Rusia untuk memenangkan ayahnya dalam pemilihan Presiden AS melawan Hillary Clinton.

Email tersebut merujuk kepada seorang jaksa dari Pemerintahan Rusia yang menawarkan informasi yang dapat digunakan oleh Tump dalam kampanye melawan Hillary Clinton.

Namun pada perdagangan saham di siang hari, tekanan terhadap Wall Street pulih setelah Pemimpin Senat AS Mitch McConnell menyatakan bahwa ada penundaan masa reses selama dua pekan pada Agustus nanti.

Dengan adanya penundaan masa reses tersebut maka akan memberikan lebih banyak waktu bagi senat untuk menyelesaikan pembahasan beberapa undang-undang yang saat ini sedang berjalan.

"Semula semua berjalan dengan sentimen negatif. Dengan adanya penundaan masa reses ini menjadi sesuatu yang mungkin bisa menggerakkan ke arah positif," jelas chief investment officer Commonwealth Financial, Waltham, Massachusetts, AS, Brad McMillan.

Sebenarnya adanya sentimen politik dari email Trump Jr tersebut masih ada di dalam Wall Street. Namun kekuatannya tidak terlalu besar lagi. "Komitmen dari Senat AS untuk mengubah beberapa kebijakan lebih dilihat oleh pelaku pasar," tambah Brad McMillan.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya