Liputan6.com, Jakarta - PT Jaya Trishindo Tbk akan mencatatkan saham perdana di papan pengembangan pada perdagangan Selasa (27/3/2018). Perseroan sebagai emiten ke-3 yang catatkan saham pada 2018 dengan kode HELI.
Perseroan yang bergerak di sektor jasa transportasi udara komersial tak terjadwal ini melepas 250 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Perseroan menawarkan harga saham perdana Rp 110 per saham. Total dana diraih dari IPO sebesar Rp 27,5 miliar.Total saham dicatatkan 819 juta saham sehingga membentuk kapitalisasi pasar saham Rp 90,09 miliar. Jumlah saham dicatatkan terdiri dari saham IPO sebesar 250 juta saham dan saham pendiri 569 juta saham.
Advertisement
Baca Juga
Dalam IPO, perseroan dibantu oleh PT UOB Kay Hilan Sekuritas.Mengutip laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dana hasil IPO antara lain digunakan sebesar 60 persen untuk belanja modal dengan membeli dua helicopter dan modal kerja sebesar 40 persen.
Selain itu, perseroan menawarkan waran sebesar 125 juta waran. Setiap pemegang saham dapat memiliki satu waran. Harga waran yang ditawarkan Rp 400. Dana hasil penawaran waran untuk modal kerja.
Pemegang saham perseroan sebelum IPO antara lain PT Startel Communication sebesar 70 persen dan PT Komala Tri Varia sebesar 30 persen saham. Pemegang saham perseroan usai IPO dan waran antara lain PT Startel Communication sebesar 42,19 persen, PT Komala Tri Varia sebesar 18,08 persen dan masyarakat sebesar 39,72 persen.
Hingga September 2017, perseroan mencatatkan laba sekitar Rp 3,24 miliar dan pendapatan Rp 87,70 miliar. Perseroan membukukan aset Rp 219,91 miliar hingga September 2017.
Selanjutnya
Sebelumnya, melakukan penawaran saham perdana atau atau initial public offering (IPO) saat ini terhitung tidak sulit. Hal tersebut diungkapkan oleh CEO BDO Indonesia Thano Tanubrata.
Untuk diketahui, BDO adalah perusahaan jasa konsultan keuangan. BDO memiliki lebih dari 1.400 kantor di 159 negara.Dalam acara "Road to Go Public Gathering With BDO Indonesia" di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Thano mengatakan bahwa melakukan IPO sekarang lebih mudah.
"Menjalankan bisnis seperti IPO saat ini lebih mudah. Hal itu terbantu oleh kebijakan baru dan situasi yang positif," ucapnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu14 Februari 2018.
Sementara itu, Managing Partner of Valuation BDO Indonesia Panca Arief Jatmika menjelaskan, terdapat tiga tahapan yang harus ditempuh agar bisa memulai IPO.
"Pertama adalah penelaahan, lalu persiapan, baru memulai pelaksanaan IPO dan ekspansi bisnis," tukas dia.
Dia kemudian mengemukakan, penelaahan harus dilaksanakan untuk menakar faktor internal dan eksternal apa saja yang akan memengaruhi kesuksesan dalam IPO. Fase tersebut dipraktikkan dengan cara penelaahan uji tuntas, penelaahan manajemen risiko perusahaan, dan penelaahan proyeksi bisnis.
"Itu akan memberikan gambaran seputar posisi perusahaan dan prospek bisnis ke depan," tukasnya.
Pada tahap persiapan, Panca menuturkan, calon emiten harus melakukan beberapa hal, seperti valuasi saham, restrukturisasi, dan mencari calon investor jika dibutuhkan.Terakhir, ketika IPO sudah bisa dilakukan, maka emiten sudah dapat memulai ekspansi bisnisnya. "Dalam pelaksanaan IPO, dana di dalamnya bisa digunakan untuk melakukan ekspansi bisnis," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement