Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah menjelang akhir pekan ini. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetatpkan pemberlakuan tarif sebesar US$ 60 miliar terhadap produk asal China menjadi sentimen negatif di bursa saham termasuk Indonesia.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Jumat (23/3/2018), IHSG melemah 107,88 poin atau 1,73 persen ke posisi 6.146.19. Indeks saham LQ45 tergelincir 2,2 persen ke posisi 1.004,10. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
IHSG sempat berada di level tertinggi 6.156,73 dan terendah 6.085,20. Sebanyak 273 saham melemah sehingga menekan IHSG. 95 saham diam di tempat dan 73 saham menguat.
Advertisement
Transaksi perdagangan saham cukup ramai dengan total frekuensi perdagangan saham 185.262 kali dengan volume perdagangan 6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 3,7 triliun. Investor asing jual saham senilai Rp 360,16 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 13.782.
Seluruh sektor saham melemah. Sektor saham barang konsumsi turun 2,24 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 2,02 persen dan sektor saham industri dasar susut 1,92 persen.
Meski IHSG tertekan, sejumlah saham catatkan penguatan. Saham-saham itu antara lain saham OASA naik 24,35 persen ke posisi Rp 286 per saham, saham TAXI melonjak 13,98 persen ke posisi Rp 212 per saham, dan saham IKAI menanjak 11,61 persen ke posisi Rp 500 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BBLD melemah 22,39 persen ke posisi Rp 454 per saham, saham RELI merosot 20,13 persen ke posisi Rp 254 dan saham PSDN susut 16,83 persen ke posisi Rp 420 per saham.
Bursa Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,89 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 2,54 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 4,31 persen, dan catatkan penurunan terbesar, indeks saham Shanghai merosot 3,71 persen. Kemudian indeks saham Singapura melemah 2,26 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 1,72 persen. Aksi Donald Trump memicu perang dagang menekan IHSG dan bursa Asia.
Kini Risiko Pasar soal Perang Dagang
Dalam laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan keputusan Donald Trump memungut tariff US$ 50 miliar dari impor China dapat meningkatkan ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Trump juga menyebutkan kalau, itu baru permulaaan. Pelaku pasar pun bereaksi negatif terhadap langkah Trump. Bursa saham AS turun hampir tiga persen dalam semalam. Sedangkan aset safe haven cenderung positif. Ashmore menilai, risiko utama di pasar keuangan bukan lagi kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve. Akan tetapi, scenario perang dagang.
China pun bereaksi terhadap langkah Trump. Mereka tidak takut perang dagang. China berencana menerapkan tarif 128 prduk AS. Namun AS juga dapat bawa ke WTO (World Trade Organization). Selain itu, China akan melakukan sejumlah langkah hadapi AS.
China juga diperkirakan mendepresiasi yuan dan menjual ratusan miliar surat utang AS. Akan tetapi, Ashmore melihat China tidak akan melakukan itu mengingat situasi China saat ini. Dampak dari tariff tersebut diperkirakan tidak terlalu buruk. Ekspor China dapat menjadi lebih rendah sehingga menekan pertumbuhan produk domestic bruto (PDB).
Sentimen ketegangan perang dagang ini pun akan berdampak ke IHSG. Apalagi pasar masih diliputi sentimen negatif dari rencana tarif tol baru. “Rata-rata perdagangan kini sekitar 15,8 kali. Ini dapat menguji nilai 15,04 kali yang terakhir diuji pada 2015,” tulis Ashmore.
Advertisement