BEI Bidik Pertumbuhan Investor Syariah Naik 100 Persen 2019

Komposisi investor saham syariah Indonesia pada 2018 mencapai 44.536 investor.

oleh Bawono Yadika diperbarui 18 Mar 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 14:45 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Ilustrasi syariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pertumbuhan jumlah investor syariah naik sampai 100 persen menjadi 89.072 investor pada tahun ini.

Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Irwan Abdalloh mengatakan, komposisi investor saham syariah Indonesia pada 2018 mencapai 44.536 investor. Angka ini naik 92 persen dibandingkan 2017 sebesar 23.207 investor.

"Semua bicara tentang data dan fakta. Jadi tidak lagi katanya-katanya. Karena RI punya potensi pasar modal syariah terbesar di dunia. Data World Bank 2017 menunjukan 87 persen penduduk kita Muslim dan 64 persen kelompok produktif," ujarnya di Gedung BEI, Senin (18/3/2019).

Jika dibandingkan dengan total jumlah investor saham yang tercatat di data Single Investor Identification (SID) PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 2018, maka total jumlah investor saham syariah baru mencapai 5,2 persen.

Adapun sebaran jumlah investor saham syariah terbesar berada di Pulau Jawa mencapai 60 persen atau setara dengan 26.681 investor.

Posisi kedua wilayah Sumatera dengan jumlah sebesar 19 persen atau setara 8.467 investor serta ketiga di pulau Kalimantan dengan jumlah investor mencapai 7 persen atau ekuivalen dengan 3.034 orang.

"Untuk Pulau Jawa, paling banyak itu investornya di Jawa Timur yakni 5.792 orang, kemudian Jawa Barat 5.588 orang dan posisi ketiga itu DKI Jakarta dengan 5.444 investor atau 20,6 persen," jelas dia.

Untuk meningkatkan jumlah investor, strategi BEI adalah melalui edukasi tatap muka dengan calon investor di berbagai daerah. BEI ikut melibatkan Dewan Syariah Nasional dan juga perusahaan efek.

"Jadi program kami adalah inklusi, transaksi, dan insentif kepada calon investor," tandas dia.

Potensi Pasar Modal Syariah Indonesia Terbesar di Dunia

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan bahwa pasar modal syariah Indonesia merupakan yang terbesar di Indonesia. Menurut data World Bank, total penduduk Indonesia berjumlah 264 juta orang. Angka ini lebih besar dari jumlah penduduk di 8 negara yang memiliki aset kuangan syariah terbesar di dunia.

Dari 264 juta orang, 87 persen penduduknya merupakan muslim dan 64 persennya merupakan kelompok produktif. Hal ini lah yang membuat potensi pasar modal syariah di Indonesia begitu besar.

Ini dapat dibuktikan dari aset keuangan syariah Indonesia di pasar global berada di peringkat ke 7 mencapai USD 81 miliar pada 2017, mengalahkan Turki yang mencapai USD 49,5 miliar.

“Indonesia peringkat ke 7 aset keuangan syariah di dunia 2017. Karna masih kecil maka ruang tumbuhnya begitu besar,” jelas Iwan Abdalloh, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia, Senin (18/3/2019).

Adapun negara lain yang memiliki aset keuangan syariah tertinggi didunia pada 2017, Iran menduduki peringkat pertama dengan jumlah aset mencapai USD 545 miliar. Sedangkan posisi kedua ditempati oleh Saudi Arabia mencapai USD 472 miliar.

Sementara Malaysia menduduki peringkat ke tiga dengan jumlah aset USD 405 miliar. Posisi ke empat oleh Uni Emirat Arab mencapai USD 203 miliar. Dan posisi selanjutnya yaitu, Kuwait dengan USD 120 miliar, dan Bahrain mencapai USD 99 miliar.

Irwan menambahakan tingginya potensi pasar modal syariah di Indonesia juga didukung oleh milesstones lainnya. “Milestones ini udah ada dari lama kok, sudah ada sejak 1997,” ujarnya.

Adapun milestones yang menunjang pasar modal syariah yaitu, Reksa Dana Syariah yang ada sejak 1997, Indeks Saham Syariah sejak 2000, Sukuk pada 2002, Regulasi Pasar Modal Syariah sejak 2006, dan terakhir yaitu ETF Syariah yang ada sejak 2013.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya