Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini.
Pelemahan IHSG ini terjadi usai rilis data neraca perdagangan April 2019 yang defisit USD 2,5 miliar, terbesar sejak 2013.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan, Rabu (15/5/2019), IHSG merosot 61,35 poin atau 1,01 persen ke posisi 6.009,85. Level IHSG sentuh level terendah sejak 23 November 2018 di kisaran 6.006. Pada perdagangan Rabu pagi, IHSG sempat menguat 20 poin ke posisi 6.091.
Advertisement
Indeks saham LQ45 susut 1,35 persen ke posisi 937,95. Sebagian besar indeks saham acuan koreksi.
Baca Juga
Sebanyak 248 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 120 saham menguat dan 128 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.107,44 dan terendah 6.005,27.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 266.961 kali dengan volume perdagangan 8,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,3 triliun. Investor asing lepas saham Rp 64,01 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.445.
10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri merosot 1,61 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi merosot 1,48 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 1,26 persen.
Saham-saham yang menguat di tengah pelemahan IHSG antara lain saham ETWA melonjak 25,86 persen ke posisi Rp 73, saham POSA menanjak 23,86 persen ke posisi Rp 488 per saham, dan saham MTPS menanjak 21,57 persen ke posisi Rp 930 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham DUTI turun 13,26 persen ke posisi Rp 3.990 per saham, saham SMMT merosot 12,41 persen ke posisi Rp 127 per saham dan saham MASA tergelincir 9,52 persen ke posisi Rp 570 per saham.
Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,89 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,59 persen.
Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei 0,48 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,03 persen, indeks saham Shanghai naik 1,5 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,57 persen. Sedangkan indeks saham Singapura melemah 0,06 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Neraca Dagang April Defisit USD 2,5 Miliar
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 sebesar USD 2,50 miliar. Defisit dipicu defisit sektor migas dan non migas masing masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit pada April tersebut merupakan terbesar sejak Juli 2013. Defisit yang hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 sebesar USD 2,33 miliar.
"Menurut data kami, yang sekarang ada, itu terbesar di Juli 2013 sekitar USD 2,33 miliar. Lalu April ini, sebesar USD 2,50 miliar," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu 15 Mei 2019.
Adapun pada April ekspor Indonesia naik sebesar 10,8 persen menjadi USD 12,6 miliar sedangkan impor naik lebih tajam sekitar 12,25 persen menjadi USD 15,1 miliar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penyebab defisit neraca perdagangan tersebut utamanya, disebabkan oleh defisit migas sebesar 2,76 miliar. Sedangkan non migas mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar.
Advertisement