Saham Perbankan dan Harga Minyak Bawa Wall Street Menguat

Meski menguat, rata-rata indeks utama di pasar saham AS berada pada jalur dengan kinerja mingguan terburuk sejak 20 Maret.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Mei 2020, 06:50 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2020, 06:46 WIB
Wallstreet 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
wallstreet.

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham atau wallstreet menguat dipicu keuntungan saham perbankan dan pasar minyak yang mengimbangi data pengangguran AS yang suram.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 377,37 poin lebih tinggi, atau 1,6 persen menjadi 23.625,34 setelah jatuh lebih dari 450 poin pada hari sebelumnya. Dow juga menghentikan penurunan beruntun tiga hari.

Sementara indeks S&P 500 naik 1,15 persen menjadi 2.852,50. Nasdaq Composite lebih tinggi 0,9 persen menjadi 8,943.72. Indeks S&P 500 dan Nasdaq turun lebih dari 1 persen untuk memulai sesi.

Melansir laman CNBC, Jumat (15/5/2020), pasar saham kali ini dipengaruhi gerak saham bank dan harga minyak. Tercatat, saham Bank of America dan JPMorgan Chase yang masing-masing naik setidaknya 4 persen. Saham Citigroup mengakhiri sesi 3,6 persen lebih tinggi sementara Wells Fargo naik lebih dari 6,8 persen.

Harga minyak naik 9 persen menjadi USD 27,56 per barel, mendorong indeks sektor energi S&P 500 menguat 0,7 persen.

Namun, rata-rata indeks utama berada pada jalur dengan kinerja mingguan terburuk sejak 20 Maret. S&P 500 dan Dow keduanya kehilangan lebih dari 2,6 persen minggu ini, sementara Nasdaq jatuh 1,9 persen.

"Pasar masih berada di zona muddle-through di mana Anda mencoba memahami betapa sulitnya lingkungan ekonomi ini atau apakah semuanya akan segera terjadi," kata Rob Haworth, Ahli strategi investasi senior di US Bank Wealth Management.

 

 

Pekerjaan

Wallstreet 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Wallstreet.

Saham terjual lebih awal pada hari setelah Departemen Tenaga Kerja melaporkan total 2,981 juta orang Amerika mengajukan asuransi pengangguran selama pekan yang berakhir 9 Mei. Angka itu datang lebih buruk dari ekspektasi 2,7 juta klaim baru, menurut ekonom yang disurvei Dow Jones.

Klaim baru ini juga menjadikan total pengangguran akibat krisis virus korona menjadi hampir 36,5 juta selama dua bulan terakhir. Ini merupakan kerugian terbesar dalam sejarah AS.

Rekor 20,5 juta pekerjaan hilang pada bulan April saja ketika lockdown ekonomi yang disebabkan oleh corona mempengaruhi perekonomian, membuat tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7 persen.

Pada hari Rabu, pasar saham turun tajam setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan lebih banyak yang harus dilakukan untuk mendukung ekonomi di tengah pandemi Virus Corona.

Meskipun turun tajam minggu ini, indeks S&P 500 tetap lebih dari 30 persen di atas level terendah 23 Maret. Dow juga telah melaju lebih dari 29 persen sejak itu karena saham perusahaan teknologi besar yang menguat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya