Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin (10/3/2025). Bursa saham Asia Pasifik beragam setelah perdagangan yang bergejolak di dunia.
Mengutip CNBC, indeks ASX 200 di Australia naik 0,20 persen setelah ditutup ke level tertinggi dalam enam bulan pada perdagangan sesi sebelumnya. Indeks Nikkei 225 di Jepang dan indeks Topix mendatar. Adapun Jepang mencatat pendapatan negara naik 2,8 persen year on year (YoY) pada Januari, melambat dari data yang direvisi pada Desember sebesar 4,4 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,35 persen di tengah perdagangan yang bergejolak. Indeks Kosdaq melemah 0,37 persen.
Advertisement
Di sisi lain, indeks Hang Seng di Hong Kong berada di posisi 24.144 yang menunjukkan pembukaan lebih kuat dibandingkan penutupan perdagangan Jumat sebelumnya di 24.231,30.
Selama akhir pekan, inflasi konsumen China turun di bawah nol untuk pertama kali dalam 13 bulan seiring distorsi musiman dan tekanan deflasi.
Indeks harga konsumen melemah 0,7 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, dibandingkan kenaikan 0,5 persen pada bulan sebelumnya, berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional.
China juga mengumumkan tarif balasan atas beberapa barang pertanian Kanada setelah Ottawa mengenakan bea masuk atas kendaraan listrik buatan China dan produk baja serta aluminium tahun lalu.
China mengatakan, tarif 100 persen akan dikenakan pada minyak Kanada, kacang polong. Sedangkan pungutan 25 persen akan dikenakan pada produk akuatik dan daging babi yang berasal dari Kanada.
Di wall street, tiga indeks acuan cenderung menguat pada Jumat, 7 Maret 2025 setelah perdagangan saham yang bergejolak.
Indeks S&P 500 menguat pada akhir pekan, tetapi mencatat kinerja buruk dalam sepekan. Indeks S&P 500 naik 0,55 persen menjadi 5.770. Indeks Nasdaq bertambah 0,7 persen menjadi 18.196,22. Indeks Dow Jones melesat 222,64 poin atau 0,52 persen ke posisi 42.801,72.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 7 Maret 2025
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi di tengah imbal hasil obligasi pemerintah Jepang jangka panjang sentuh level tertinggi sejak 2008.
Mengutip CNBC, bursa saham Asia Pasifik melemah mengikuti wall street setelah konsensi tarif dagang Presiden AS gagal untuk menenangkan investor.
Pelaku pasar khawatir dengan data ekonomi dari Amerika Serikat yang menaikkan peringatan terhadap kebijakan Donald Trump yang berpotensi ganggu ekonomi AS.
Selain itu, the Federal Reserve’s Beige Book and the Institute for Supply Management’s Manufacturing mengindikasikan kekhawatiran seiring kenaikan biaya karena tarif.
Di Asia, data menunjukkan ekspor China pada Januari-Februari naik 2,3 persen. Ini di bawah harapan dari survei Reuters yang menunjukkan kenaikan 5 persen. Itu pertumbuhan paling lambat sejak April 2024 dengan ekspor naik 1,5 persen berdasarkan data LSEG.
Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 2,17 persen ke posisi 36.887,17, dan catat koreksi terbesar. Indeks Topix terpangkas 1,56 persen ke posisi 2.708,59.
Indeks Kospi di Korea Selatan melemah 0,49 persen ke posisi 2.563,48. Indeks Kosdaq terpangkas 0,98 persen ke posisi 727,70. Indeks ASSX 200 di Australia merosot 1,81 persen ke posisi 7.948,20.
Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,76 persen. Indeks CSI 300 susut 0,31 persen ke posisi 3.944,01. Indeks Nifty 50 dan BSE Sensex cenderung mendatar.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 7 Maret 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan Jumat (7/3/2025). Namun, penguatan IHSG terbatas jelang akhir pekan.
Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,27 persen ke posisi 6.636. Indeks LQ45 terpangkas 0,41 persen ke posisi 750,39. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.
Pada Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.682,93 dan level terendah 6.577,83. Sebanyak 319 saham menguat sehingga angkat IHSG. 242 saham melemah dan 233 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 972.256 kali dengan volume perdagangan 21,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun.
Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham teknologi melonjak 5,14 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi mendaki 0,54 persen, sektor saham basic mendaki 2,21 persen, sektor saham consumer nonsiklikal melejit 0,46 persen dan sektor saham consumer bertambah 0,03 persen.
Selain itu, sektor saham properti mendaki 0,97 persen dan sektor saham properti naik 0,97 persen. Sementara itu, sektor saham industri terpangkas 0,43 persen, sektor saham kesehatan susut 0,64 persen, sektor saham keuangan susut 0,32 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,76 persen.
