Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di kawasan Asia dan pasifik (Bursa Asia) merosot pada pembukaan perdagangan Selasa ini. Penurunan bursa Asia ini menyusul kecemasan atas kebijakan tarif dan potensi resesi di Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Mengutip CNBC, Selasa (11/3/2025), bursa saham Jepang memimpin kerugian di kawasan Asia dan Pasifik. Indeks acuan Nikkei 225 turun lebih dari 2% tak lama setelah pembukaan perdagangan. Sementara indeks saham Topix dengan kpmposisi saham lebih banyak turun 1,57%.
Baca Juga
Data pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal IV 2024 direvisi menjadi 2,2% secara tahunan. Angka ini di bawah ekspektasi ekonom dan estimasi sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,8%.
Advertisement
Indeks Kospi Korea Selatan mengawali hari dengan penurunan 1,78%. Sementara indeks Kosdaq berkapitalisasi kecil anjlok 2,11%.
S&P/ASX 200 Australia turun sekitar 1,28% pada awal perdagangan, berbalik arah dari kenaikan di sesi sebelumnya.
Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada di angka 23.321 yang menunjukkan pembukaan yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan penutupan hari Senin di angka 23.783,49.
Bursa Saham AS
Semalam di AS, bursa saham Wall Street merosot di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dapat mendorong AS ke dalam jurang resesi.
Indeks acuan S&P 500 merosot 2,7%, setelah menyentuh level terendah sejak September pada satu titik. Indeks Nasdaq Composite yang sarat teknologi mengalami penurunan paling tajam yaitu mencapai turun 4%, dalam sesi terburuknya sejak September 2022.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 2,08% dan berakhir pada 41.911,71.
S&P 500 turun 8,7% dari level tertinggi sepanjang masa pada 19 Februari, sementara Nasdaq Composite turun hampir 14% dari level tertinggi baru-baru ini. Penurunan 10% dianggap sebagai koreksi di Wall Street.
Advertisement
Data Jepang
Jepang merevisi angka PDB kuartal IV 2024 menjadi lebih rendah. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini mempersulit prospek suku bunga Bank of Japan.
Pertumbuhan ekonomi Jepang melambat menjadi 2,2% secara tahunan pada kuartal IV 2024, mempersulit bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Data yang direvisi lebih rendah dari perkiraan median ekonom dan estimasi awal pertumbuhan 2,8%.
Pada basis kuartal ke kuartal, PDB meningkat 0,6%, dibandingkan dengan pertumbuhan 0,7% dalam data awal yang dirilis bulan lalu.
