Liputan6.com, Jakarta - S&P 500 dan Nasdaq Composite naik ke rekor tertinggi baru pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), membangun reli besar-besaran mereka dari posisi terendah di Maret 2020. Hal ini didorong saham teknologi memimpin lebih tinggi.
Dikutip dari CNBC, Kamis (27/8/2020), S&P 500 naik 1 persen menjadi 3.478,73. Sementara Nasdaq naik 1,7 persen untuk penutup perdagangan di level di 11.665,06. Dow Jones Industrial Average naik 83,48 poin atau 0,3 persen ke level 28.331,92.
Baca Juga
"Saat Anda keluar dari titik terendah utama, fase pertama pasar bullish benar-benar kuat, dan Anda cenderung menjadi sangat panjang," kata Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar di Truist/SunTrust Advisory.
Advertisement
Saham Salesforce melonjak 26 persen dan menjadi kenaikan terbesarnya dalam sehari setelah perusahaan perangkat lunak itu membukukan pendapatan besar pada perdagangan Selasa.
Facebook dan Netflix masing-masing melonjak 8,2 persen dan 11,6 persen. Amazon naik hampir 3 persen sementara Alphabet dan Microsoft masing-masing naik 2,4 persen dan 2,2 persen. Apel naik 1,4 persen.
Lonjakan saham pada Rabu menempatkan S&P 500 naik lebih dari 58 persen sejak mencapai level terendah intraday pada 23 Maret. Nasdaq telah melonjak 75 persen dalam periode waktu tersebut.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pidato Gubernur The Fed
Pada hari Kamis, Federal Reserve akan mengadakan simposium tahunan tentang kebijakan moneter. Wall Street akan mencari petunjuk tentang stimulus lebih lanjut dan ke mana arah ekonomi keluar dari acara tersebut. Investor akan mencari secara khusus komentar Powell tentang inflasi dan dampaknya terhadap dolar.
“Apa yang dikatakan Powell besok tentang inflasi tentu saja akan menjadi kuncinya karena dia memberi tahu kami apa yang dia dukung dan ambang batas apa yang akan dia tanggapi,” kata Peter Boockvar, Kepala Investasi di Bleakley Advisory Group, dalam sebuah catatan.
"Ini hanya pertanyaan tentang apa yang akan memicu kenaikan suku bunga pertama, tetapi vaksin yang efektif lebih baik membuat The Fed memikirkan kapan," tutuo dia.
Advertisement