Wall Street Ditutup Melemah pada Hari Perdagangan Terakhir 2024

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ditutup melemah pada perdagangan akhir tahun, Selasa, 31 Desember 2024.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 01 Jan 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2025, 13:00 WIB
Wall Street
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ditutup melemah pada perdagangan akhir tahun, Selasa, 31 Desember 2024. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ditutup melemah pada perdagangan akhir tahun, Selasa, 31 Desember 2024. 

Melansir CNBC, Rabu (1/1/2025), indeks saham Dow Jones melemah 0,07 persen ke posisi 42.544,22. Indeks S&P 500 terpangkas 0,43 persen ke posisi 5.881,63. Indeks Nasdaq susut 0,90 persen ke posisi 19.310,79.

Secara keseluruhan, S&P 500 melonjak 23,31% sepanjang 2024, melanjutkan pertumbuhan 24,2 persen pada tahun sebelumnya. 

Ini merupakan kombinasi kenaikan dua tahun sebesar 53 persen ini menjadi yang tertinggi sejak lonjakan hampir 66 persen pada 1997-1998. Dow mencatatkan kenaikan 12,88 persen, sedangkan Nasdaq unggul dengan pertumbuhan 28,64 persen selama 2024.

Antusiasme seputar AI dan potensi peningkatan produktivitasnya membantu mendorong rata-rata utama ke serangkaian rekor tertinggi sepanjang tahun. Perusahaan Chip AI Nvidia dan raksasa iPhone Apple anggota dari apa yang disebut Magnificent 7 naik masing-masing 171 persen dan 30 persen, dan mencatat rekor tertinggi baru mereka sendiri pada 2024. 

Perkembangan di Washington, D.C., membantu memicu reli pada paruh kedua tahun ini. Federal Reserve telah memangkas suku bunga acuannya sebesar satu poin persentase penuh sejak September, meningkatkan keyakinan ekonomi AS dapat mempertahankan pertumbuhannya baru-baru ini. 

Saham Melonjak Tajam

Saham juga melonjak tajam menyusul kemenangan Presiden terpilih Donald Trump pada bulan November, karena para pedagang menyambut baik prospek pajak yang lebih rendah dan pendekatan regulasi yang lebih longgar di bawah pemerintahan Republik.

Saham bank khususnya merupakan salah satu kelompok yang melonjak setelah pemilihan, dengan JPMorgan dan Goldman Sachs ditutup naik sekitar 41 persen dan 48 persen, masing-masing, tahun ini. Saham Tesla, yang CEO-nya Elon Musk merupakan sekutu dekat Trump, mengakhiri tahun dengan kenaikan lebih dari 62 persen. 

Wall Street Tergelincir, Saham Tesla hingga Meta Merosot Jelang Perdagangan Terakhir pada 2024

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Senin, 30 Desember 2024.

Mengutip CNBC, Selasa (31/12/2024), indeks Dow Jones melemah 418,48 poin atau 0,97 persen ke posisi 42.573,73. Indeks S&P 500 terpangkas 1,07 persen ke posisi 5.906,94. Indeks Nasdaq susut 1,19 persen ke posisi 19.486,78.

Bursa saham AS bergejolak sepanjang hari. Bahkan indeks Dow Jones turun lebih dari 700 poin pada posisi terendah dalams esi perdagangan. Tidak ada katalis berita yang jelas sehingga mendorong koreksi pada perdagangan Senin, 30 Desember 2024. Selain itu, perdagangan juga akan ringat mengingat waktu perdagangan yang singkat.

Rata-rata indeks utama menuju akhir tahun hampir mencapai level rekor. Indeks S&P500 dan Dow Jones masing-masing naik 24 persen dan 13, dan berada di jalur menuju tahun terbaik sejak 2021. Indeks Nasdaq telah menguat hampir 30 persen pada 2024, dan berada di jalur positif untuk kuartalan terpanjang sejak 2021.

Namun, beberapa kekhawatiran telah meningkat seiring pasar mungkin kehilangan momentum seiring aksi ambil untung akhir tahun. Hal ini setelah rata-rata indeks saham acuan catat koreksi.

Saham teknologi besar kembali melemah pada awal pekan ini. Saham Tesla turun 3,3 persen dan saham Meta Platforms tergelincir 1,4 persen. Saham Nvidia naik 0,4 persen sehingga menahan koreksi.

“Saya benar-benar berpikir kita akan berhenti sejenak tahun depan,” ujar Ekonom WisdomTree, Jeremy Siegel.

Ia prediksi bursa saham akan merosot pada 2025. Indeks S&P500 akan susu 10 persen. “Kekuatan utama untuk mendorong hal-hal naik, saya pikir sudah terbentuk,”

Selain itu, perdagangan di pasar obligasi juga dapat berkontribusi terhadap koreksi saham teknologi. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun diperdagangkan di atas 4,6 persen pekan lalu, meski turun pada Senin.

 

 

Investor Dinilai Tak Perlu Khawatir

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Investor berharap saham akan menemukan pijakannya lagi dan memicu apa yang dikenal sebagai reli Sinterklas. Fenomena ini mengacu pada pasar yang naik ke lima hari perdagangan terakhir dalam satu tahun kalender dan dua hari pertama pada Januari. S&P 500 telah menghasilkan pengembalian rata-rata 1,3 persen selama periode ini sejak 1950, menurut LPL Financial.

Sebaliknya, S&P 500 kini telah turun lebih dari 1 persen di masing-masing dari dua sesi perdagangan terakhir. Ini adalah pertama kalinya hal itu terjadi dua kali dalam lima hari kerja terakhir tahun ini sejak setidaknya tahun 1952, menurut Bespoke Investment Group.

"Namun, investor tidak perlu terlalu khawatir tentang pelemahan akhir tahun, kata Analis Fundstrat, Tom Lee.

"Ini bukan lingkungan yang likuid karena kita berada di dua hari terakhir tahun ini," kata Lee.

"Anehnya, jika minggu terakhir Desember lemah, saya justru berpikir itu pertanda baik untuk pemulihan pada minggu pertama Januari,” ia menambahkan.

Hari-hari mendatang adalah periode yang ringan untuk data ekonomi, dengan pasar tutup pada Rabu untuk memperingati Hari Tahun Baru. Indeks manajer pembelian Chicago untuk Desember gagal memenuhi ekspektasi pada hari Senin, yaitu sebesar 36,9. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan angka 42,2.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya