Bursa Asia Bergerak Beragam, Kospi Korea Selatan Naik Hampir 0,9 Persen

Bursa Asia bergerak campuran. bursa saham di Korea Selatan menguat tetapi di Jepang dan Australia melemah.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Des 2020, 08:14 WIB
Diterbitkan 11 Des 2020, 08:14 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak campuran pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini. Investor saham tengah mengawasi negosiasi stimulus fiskal tambahan di Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Jumat (11/12/2020), indeks Kospi Korea Selatan naik 0,85 persen di awal perdagangan. Data yang dirilis pada Jumat menunjukkan bahwa ekspor Korea Selatan dalam 10 hari pertama Desember ini melonjak 26,9 persen dari tahun lalu.

Lonjakan ini terjadi akibat peningkatan penjualan produk-produk utama seperti semikonduktor.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,24 persen dan indeks Topix naik 0,2 persen.

Sedangkan indeks patokan Australia yaitu ASX 200 turun 0,37 persen. Tekanan ini didorong oleh sektor perdagangan.

Namun, indeks keuangan mampu bertahan. Saham dari empat bank besar di Australia mampu mencetak keuntungan di awal perdagangan ini.

Perdagangan pada sesi Jumat ini mengikuti gerak bursa saham AS dimana S&P 500 mencatatkan kerugian sedangkan Nasdaq menguat.

"Pelaku pasar terus menyeimbangkan gambaran besar antara pelemahan jangka pendek dan juga kenaikan jangka panjang karena adanya vaksin Covid-19," jelas Ekonom National Australia Bank Tapas Strickland.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wall Street Bergerak Campuran karena Negosiasi Stimulus Tak Kunjung Selesai

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong bursa saham AS bergerak bervariasi tersebut karena belum selesainya pembicaraan stimulus fiskal baru untuk menangapi pandemi Covid-19.

Anggota parlemen terus berjuang agar stimulus fiskal baru tersebut bisa selesai sebelum akhir tahun. Namun sejauh ini Pembicaraan mengenai stimulus tersebut belum berakhir.

 

Sentimen lain yang menekan bursa saham di AS adalah rilis data klaim pengangguran yang lebih lemah dari perkiraan.

Mengutip CNBC, Jumat (11/12/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 69,55 poin atau 0,2 persen ke level 29.999,26. Untuk S&P 500 merosot 0,1 persen menjadi 3.668,10. Namun Nasdaq Composite mampu menguat dengan naik 0,5 persen dan ditutup pada 12.405,81.

Pendorong kenaikan indeks acuan Nasdaq ini karena saham Netflix dan saham Apple masing-masing naik lebih dari 1 persen.

Sedangkan saham Verizon dan IBM masing-masing turun setidaknya 1 persen dan menjadi pendorong pelemahan indeks saham Dow Jones. Sektor industrials menyeret S&P 500 menuju zona merah.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa negosiasi bipartisan mengarah pada kemajuan besar untuk paket stimulus tambahan. Namun, Pelosi menambahkan, kedua belah pihak masih memperdebatkan pembebasan kewajiban untuk bisnis.

Demokrat kembali mendukung proposal stimulus bipartisan senilai USD 908 miliar. Namun Politico melaporkan bahwa staf Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan bahwa senat Republik tidak akan mendukung tindakan tersebut.

Kepala analis makro Aegon Asset Management Frank Rybinski mengatakan, kegagalan mencapai kesepakatan soal stimulus dapat merugikan aset berisiko dalam waktu dekat. Salah satunya adalah saham.

“Pelaku pasar sudah mengabaikan peluncuran vaksin. Jika tidak mendapatkan kabar soal stimulus pada akhir tahun, pasti bisa terjadi pergerakan risk-off di pasar, "katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya