Bursa Efek New York Batalkan Rencana Hapus 3 Perusahaan China

Bursa Efek New York membatalkan rencana hapus tiga emiten China setelah konsultasi lebih lanjut dengan otoritas terkait dengan Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jan 2021, 08:58 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2021, 08:57 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa Efek New York mengatakan tidak lagi berencana untuk menghapus saham tiga perusahaan raksasa telekomunikasi China. Keputusan itu berubah dari sebelumnya berencana hapus tiga perusahaan tersebut.

Bursa Efek New York membatalkan rencana itu setelah konsultasi lebih lanjut dengan otoritas terkait dengan Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri. Saham China Telecom, China Mobile dan China Unicorn yang tercatat di bursa saham Hong Kong menguat setelah beredar berita tersebut.

Pada Kamis pekan lalu, Bursa Efek New York menyatakan akan menghapus saham tiga perusahaan raksasa China itu sesuai dengan perintah eksekutif yang diteken oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Demikian dilansir dari CNBC, Rabu (6/1/2021).

Perintah November berusaha melarang perusahaan dan individu Amerika Serikat berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang diduga oleh pemerintahan Trump membantu militer China.

Indeks saham utama seperti MSCI, Indeks S&P, Dow Jones, dan FTSE Russell juga mengambil langkah untuk mematuhi perintah eksekutif tersebut.

Otoritas China atau The China Securities Regulatory Commision menyatakan, perintah eksekutif didasarkan pada "tujuan politik” dan sepenuhnya mengabaikan situasi sebenarnya dari perusahaan yang relevan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Bursa Saham Asia Bervariasi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, laju bursa saham Asia cenderung beragam pada Rabu, (6/1/2021) seiring fokus investor kini kepada perusahaan raksasa teknologi China dan sektor saham energi.

Di Jepang, pada awal perdagangan, indeks saham Jepang Nikkei melemah. Sementara itu, indeks saham Topix naik 0,32 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1 persen.

Sementara itu, indeks saham Australia tergelincir pada perdagangan pagi. Indeks saham ASX melemah 0,34 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,18 persen.

Sementara itu, saham energi cenderung melonjak pada perdagangan Rabu pagi setelah Arab Saudi menyetujui pengurangan produksi sukarela pada Februari dan Maret.

Di Australia, Beach Energy melonjak 5,43 persen dan Santos naik 4,42 persen. Inpex Jepang melonjak 4,17 persen dan S-Oil di Korea Selatan naik sekitar tujuh persen.

Saham raksasa teknologi China Tencent dan Alibaba juga akan dipantau oleh investor setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump teken perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan delapan aplikasi perangkat lunak China.

Hal itu termasuk WeChat Pay, dan Ant Group Alipay. Perintah tersebut hanya akan berlaku setelah Trump meninggalkan jabatannya.

Dari sisi data ekonomi, Indeks Markit Services Purchasing Managers juga akan dirilis pada Rabu pagi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya