Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyiapkan belanja modal USD 200 juta-USD 300 juta pada 2021.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira menuturkan, dana belanja modal akan berasal dari kas perusahaan. Target belanja modal tersebut termasuk untuk pemeliharaan rutin dan pertumbuhan. Perseroan menargetkan produksi batu bara 52-54 juta ton pada 2021.
"Dana belanja modal dari kas perusahaan,” ujar Ira lewat pesan singkat, ditulis Minggu (21/2/2021).
Advertisement
Selain itu, perseroan menargetkan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (ebitda) sebesar USD 750 juta-USD 900 juta pada 2021. Walaupun, pemulihan ekonomi akan berdampak positif terhadap batu baru, perseroan harus tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian.
Baca Juga
Saat ditanya mengenai target penjualan dan pasar ekspor pada 2021, Febriari menuturkan, perseroan telah memiliki kontrak dengan para pelanggan dan akan memenuhi kebutuhan sesuai kontrak.
Pasar Asia Tenggara meliputi 49 persen dari total penjualan 2020. Penjualan terbesar ke Indonesia disusul Malaysia. “Peningkatan terjadi pada permintaan Thailand dan Vietnam karena mulai beroperasinya pembangkit listrik baru,” kata dia.
Berdasarkan laporan aktivitas kuartalan IV 2020 dalam keterbukaan informasi BEI, penjualan batu bara itu antara lain 49 persen ke Asia Tenggara, Asia Timur 25 persen, China 12 persen, India 13 persen dan lainnya satu persen.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 Februari 2021, saham PT Adaro Energy Tbk naik tipis 0,43 persen ke posisi Rp 1.180 per saham.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penjualan Batu Bara pada 2020
Sebelumnya, produksi batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun pada 2020.Hal ini diungkapkan emiten tambang tersebut melalui realisasi kinerja operasional tahun lalu.
Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/2/2021), Adaro berhasil memproduksi 54,53 juta ton batu bara pada 2020. Angka tersebut merosot 6 persen secara year on year (YoY) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan, yakni 52 juta hingga 54 juta ton.
"Volume penjualan batu bara pada tahun ini tercatat mencapai 54,14 juta ton,atau turun 9 persen YoY," tulis keterangan tersebut.
Nisbah kupas Adaro pada 2020 tercatat 3,84 kali lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,30 kali, akibat cuaca yang kurang baik hampir di sepanjang tahun.
"Adaro Energy terus berupaya mempertahankan keunggulan operasional, meningkatkan efisiensi, menjaga marjin yang sehat dan memberikan pasokan yang andal bagi para pelanggan," tulis surat dengan tanda tangan Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head Adaro Energy.
Selain itu, volume pengupasan lapisan penutup pada 2020 mencapai 209,48 juta bank cubic meter (bcm). Angka tersebut turun hingga 23 persen dari tahun 2019, yakni 272,09 juta bcm.
Terkait portofolio penjualan batu bara, pada 2020 didominasi oleh E4700 dan E4900. Untuk penjualan, pasar Asia Tenggara mencakup 49 persen dari total penjualan 2020 dengan kontribusi Indonesia dan Malaysia sebagai negara terbesar.
Advertisement