Setahun COVID-19, IHSG Sempat Sentuh Posisi Terendah hingga Perlahan Bangkit

Tepat setahun lalu, pemerintah umumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Saat pandemi COVID-19, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Mar 2021, 19:18 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 12:56 WIB
Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia setahun lalu tepatnya pada 2 Maret 2020. Lalu bagaimana perjalanan IHSG selama setahun COVID-19 di Indonesia?

Mendekati satu tahun, total kasus konfirmasi COVID-19 menjadi 1.341.314 orang pada 1 Maret 2021.  Kemudian kasus COVID-19 mencapai 1.151.915 orang. Di sisi lain, kasus COVID-19 dinyatakan meninggal dunia mencapai 36.325 kasus.

Pandemi COVID-19 berdampak dua sisi baik negatif dan positif terutama di pasar modal Indonesia. Saat pandemi COVID-19, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi. Namun, sisi lain, pandemi COVID-19 juga berdampak positif seiring tambahan investor ritel di pasar saham Indonesia.

Kinerja IHSG berfluktuasi sepanjang 2020. Pada kasus pertama COVID-19 diumumkan 2 Maret 2020, IHSG ditutup melemah 91 poin ke 5.361 pada 2 Maret 2020 dari periode 28 Februari 2020 di posisi 5.452.

Pada Maret 2020, IHSG sentuh posisi terendah di level 3.937,63 tepatnya pada 24 Maret 2020. IHSG turun 37,49 persen dari posisi penutupan pada 2019 di kisaran 6.299,53.

Akibat koreksi tajam harga saham seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan sosial berskala besar (PSBB) juga menekan IHSG. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun terpaksa memberhentikan sementara perdagangan saham karena indeks saham turun tajam lebih dari lima persen pada hari yang sama.

Penghentian sementara perdagangan saham ini untuk menahan kepanikan di pasar saham dan menahan penurunan harga saham pada 2020.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


IHSG Perlahan Kembali Menguat

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju IHSG pun kembali berbalik arah menguat secara perlahan. Pada akhir Maret 2020 tepatnya pada 27 Maret 2020, IHSG sentuh posisi 4.545,57. IHSG pun alami turun naik. Kemudian mencapai level tertinggi lagi pada 6 April 2020 di posisi 4.811,82.

Gerak IHSG pun bergerak fluktuaktif memasuki kuartal II 2020. IHSG sempat sentuh level terendah di 4.511 pada 18 Mei 2020. Selanjutnya IHSG terus bergerak naik jelang akhir kuartal II 2020. IHSG kembali sentuh posisi 5.070 pada 8 Juni 2020.

IHSG pun masih naik turun sepanjang kuartal III 2020.  Pada kuartal III 2020, IHSG sentuh posisi tertinggi di 5.340. IHSG pun kembali anjlok pada September 2020. IHSG sentuh posisi 4.891,4 pada 10 September 2020. Bahkan pada Kamis, 10 September 2020, perdagangan saham di BEI sempat dibekukan karena turun lebih dari lima persen.

Pada 24 September 2020, IHSG sentuh posisi 4.842. Sejak September 2020 hingga akhir Desember 2020, laju IHSG bergerak perkasa. IHSG ditutup ke posisi 5.979 pada 30 Desember 2020. Sepanjang 2020, IHSG minus 5,09 persen. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 47,81 triliun.


IPO Terbanyak di ASEAN Saat Pandemi COVID-19

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meski demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 51 perusahaan telah melakukan intial public offering (IPO) dan mencatatkan saham di BEI hingga 30 Desember 2020 di tengah pandemi COVID-19.

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, dengan torehan tersebut maka Indonesia masih menjadi bursa saham dengan jumlah IPO terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

"Indonesia pun masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, Rabu, 30 Desember 2020.

Dia menyampaikan, aktivitas perdagangan BEI pada tahun 2020 juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari pada November 2020 dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara Bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.

"Pada periode yang sama, rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) berangsur-angsur pulih dan mencapai nilai Rp9,18 triliun," kata dia.


IHSG Kembali Bangkit pada 2021

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada 2021, IHSG kembali bangkit. IHSG bahkan kembali sentuh posisi 6.400. IHSG sentuh posisi 6.428,31 pada posisi 14 Januari 2021. Hingga level tertinggi dposisi 6.429,75 pada 20 Januari 2021.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah sentimen positif yang mengangkat IHSG. Pertama, kenaikan harga komoditas juga merupakan katalis positif bagi pasar. Kedua, pasar apresiasi komitmen Presiden AS Joe Biden yang akan menerapkan kebijakan stimulus program USD 1,9 triliun.

Ketiga, optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi pada 2021 baik global dan domestik. Keempat, dinamika vaksinasi COVID-19 massal baik domestik dan internasional juga diapresiasi positif bagi pasar. Kelima, ada penerapan kebijakan pelonggaran moneter sehingga memunculkan istilah rezim suku bunga rendah.

Keenam, pasar mengapresiasi penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen pada awal 2021. “Implementasi Omnibus lawa, SWF, dan komitmen pemerintah dalam menjalankan berbagai program stimulus fiskal, moneter dan keuangan,” ujar dia.

Selain itu, ia menuturkan, PMI manufaktur di berbagai negara juga menunjukkan tanda-tanda ekspansif.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya