Sekolah Tatap Muka Usai Guru Terima Vaksinasi COVID-19, IAKMI: Positivity Rate Harus Jadi Pertimbangan

Sekolah tatap muka usai guru divaksin COVID-19, positivity rate perlu dipertimbangkan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 02 Mar 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 12:00 WIB
Melihat Penerapan Sekolah Tatap muka di Tangsel
Guru mengajar secara darling sekaligus tatap muka kepada murid-murid SDIT Nurul Amal, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/11/2020). Proses belajar secara tatap muka atau luring ini merupakan uji coba dengan menggunakan assessment pembatasan jumlah murid. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2 Maret yang jatuh pada hari ini, tepat setahun COVID-19 di Indonesia. Hampir setahun terakhir, kegiatan belajar mengajar (KBM) mengandalkan sarana virtual. Vaksinasi COVID-19 terhadap 5 juta guru dan tenaga pendidik pun jadi harapan agar sekolah tatap muka dapat dimulai Juli 2021 mendatang.

Sekolah tatap muka rencananya akan mulai dilaksanakan usai guru dan tenaga pendidik divaksin COVID-19. Meski demikian, para pemangku kebijakan perlu memerhatikan positivity rate. Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menegaskan, apabila ingin membuka sekolah tatap muka di masa pandemi COVID-19, positivity rate lebih baik di bawah 5 persen, sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pertimbangan positivity rate juga didukung dengan masuk kategori apa zonasi wilayah yang bersangkutan. Hal ini untuk melihat seberapa besar laju penularan virus Corona.

"Pertama yang dilihat kawasan yang dituju diperhatikan masuk kategori zona apa. Ya, lebih baik lagi sudah tidak ada kasus COVID-19," tegas Ede kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Selasa, 2 Maret 2021.

"Kita bisa lihat pemeriksaan (testing) nanti ketahuan positivity rate-nya. Kalau masih di atas 5 berarti belum aman, potensi menular COVID-19 tinggi, positivity rate-nya di bawah 5 justru lebih baik lagi."

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Positivity Rate dan Potensi Penularan COVID-19

Melihat Penerapan Sekolah Tatap muka di Tangsel
Guru mengajar secara darling sekaligus tatap muka kepada murid-murid SDIT Nurul Amal, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/11/2020). Proses belajar secara tatap muka atau luring ini merupakan uji coba dengan menggunakan assessment pembatasan jumlah murid. (merdeka.com/Arie Basuki)

Positivity rate COVID-19 yang masih di atas 5 persen, potensi penularan virus Corona tinggi. Jika ingin membuka sekolah tatap muka dalam kondisi positivity rate di angka ini, maka kasus positif COVID-19 bisa saja kian naik.

"Positivity rate yang di atas 5 berarti potensi penularan antar satu orang lain bisa terjadi. Kalau itu yang terjadi, kasus (positif COVID-19) makin lama makin naik," lanjut Ede Surya Darmawan.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 27 Februari 2021, positivity rate nasional 24,30 persen. Angka ini ada sedikit penurunan dibanding Januari 2021 sebesar 26,05 persen.

Rata-rata jumlah pemeriksaan spesimen per hari 56,807 spesimen dan orang yang diperiksa per hari 38.146 orang.

Melihat data positivity rate yang cukup tinggi, Ede berpendapat sekolah tatap muka belum bisa langsung dibuka meski vaksinasi guru dan tenaga pendidik selesai. Ini juga karena siswa pun harus divaksin, sementara belum ada vaksin COVID-19 untuk anak.

"Jadi, memang belum secepat itu membuka sekolah tatap muka. Walaupun guru sudah divaksin, siswa kan belum. Potensi penularan virus Corona masih tetap ada," jelasnya.

Yang menjadi sorotan, usai divaksin, para guru dan tenaga pendidik harus tetap menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak). Kewaspadaan terhadap virus Corona terus diperhatikan.

"Pemerintah daerah juga terus melakukan pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) dengan benar. Kasus positigf COVID-19 harus dilacak dengan baik," tutup Ede.

Syarat Buka Sekolah Tatap Muka dari Kemenkes

Intip Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Bekasi
Sejumlah murid memasuki sekolah SD Negeri 6, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). Pemerintah setempat memberikan izin kepada enam sekolah untuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka selama satu bulan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pembukaan sekolah tidak hanya mempertimbangkan vaksinasi COVID-19 pada guru dan tenaga pendidik. Ada beberapa hal lain yang menjadi pertimbangan membuka pembelajaran tatap muka.

"Tentunya, kita akan bahas komprehensif. Kita tidak bisa hanya lihat cakupan vaksinasi saja," kata Nadia saat dialog Vaksinasi Tahap 2: Prioritaskan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jumat (26/2/2021).

Pertama, pemerintah harus mempertimbangkan laju penularan COVID-19. Kedua, kepatuhan masyarakat terhadap COVID-19. Ketiga, cakupan vaksinasi yang sudah rampung dilakukan ketika sekolah hendak dibuka.

"Kalau memang bisa mencapai target 100 persen cakupan vaksinasi pada pendidik dan tenaga kependidikan, tentunya juga suatu hal yang bisa kita pertimbangkan, apakah sekolah bisa belajar tatap muka kembali," lanjut Nadia.

Infografis Guru Disuntik Vaksin Covid-19, Siap Belajar Tatap Muka?

Infografis Guru Disuntik Vaksin Covid-19, Siap Belajar Tatap Muka? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Guru Disuntik Vaksin Covid-19, Siap Belajar Tatap Muka? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya