Saham Teknologi Kembali Bangkit, Wall Street Kompak Menguat

Pada penutupan perdagangan wall street, Selasa, 9 Maret 2021, indeks saham Nasdaq naik 3,69 persen menjadi 13.073,82.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Mar 2021, 05:38 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2021, 05:37 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Selasa waktu setempat setelah imbal hasil obligasi AS turun. Hal itu membuat investor berbalik arah untuk masuk ke sektor saham teknologi.

Pada penutupan perdagangan wall street, Selasa, 9 Maret 2021, indeks saham Nasdaq naik 3,69 persen menjadi 13.073,82. Indeks saham Nasdaq catat kenaikan terbaik sejak November 2020.

Saham Tesla melonjak 19,6 persen setelah lima hari tertekan, dan catat penguatan terbesar sejak Februari 2020. Saham Apple dan Facebook masing-masing lompat lebih dari empat persen, sedangkan saham Microsoft dan Netflix menguat 2,5 persen.

Saham Amazon menguat 3,8 persen, dan indeks saham acuan teknologi reli 4,3 persen selama sesi perdagangan. Indeks saham S&P 500 naik 1,4 persen menjadi 3.875,44. Indeks saham Dow Jones menguat tipis 30,30 poin atau 0,1 persen menjadi 31.832,74.

Saham teknologi kembali bangkit seiring imbal hasil obligasi AS stabil. Saham teknologi berguguran pada perdagangan wall street kemarin.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun lebih dari lima basis poin menjadi 1,54 persen. Pada Senin, imbal hasil obligasi naik menjadi 1,62 persen.

“Setelah tertinggal dengan kurang baik selama beberapa minggu terakhir, pertumbuhan atau momentum saham menguat lebih tinggi karena investor sedikit lebih nyaman dengan suku bunga, dan membeli sektor saham yang paling disuka dulu,” ujar Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli dalam catatan, dikutip dari CNBC, Rabu (10/3/2021).

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Saham Teknologi Sempat Jenuh Jual

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Pada sesi sebelumnya, indeks Nasdaq merosot 2,4 persen sehingga ditutup lebih dari 10 persen. Indeks saham Nasdaq berada di wilayah koreksi.

Saham-saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi telah tertekan akhir-akhir ini seiring kenaikan suku bunga membuat keuntungan ke depan kurang menarik. Oleh karena itu, menjadi sulit untuk membenarkan terhadap penilaian tinggi saham tersebut.

Banyak saham teknologi telah turun dua digit selama sebulan terakhir di tengah kekhawatiran suku bunga. Bahkan pada reli Selasa pekan ini, saham Apple telah turun lebih dari 10 persen dalam sebulan terakhir. Saham Tesla merosot 20 persen. Saham Zoom Video an Peloton masing-masing turun 20 persen dan 36 persen selama periode yang sama.

“Banyak dari saham teknologi ini mengalami jenuh aksi jual dalam jangka pendek. Oleh karena itu, tidak mengherakan (pelaku pasar-red) melihat peningkatan yang bagus. Pertanyaannya apakah pantulan ini kuat,” ujar Chief Market Strategist Matt Maley.

Investor Cathie Wood dari Ark Investment Management mengatakan, aksi jual saham teknologi baru-baru ini menciptakan peluang besar baginya untuk membeli saham.


Sektor Saham Energi Tertekan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, pada perdagangan saham Selasa, sektor saham energi melemah 1,9 persen, dan alami penurunan terbesar. Penurunan itu memangkas keuntungan sektor saham energi pada Maret menjadi 8 persen.

Sektor saham keuangan dan industri juga tertekan. Persetujuan Senat AS untuk paket stimulus COVID-19 senilai USD 1,9 triliun telah mendorong investor untuk bertaruh terhadap pemulihan ekonomi. Partai Demokrat akan mengesahkan RUU pada Rabu sehingga Presiden AS Joe Biden dapat teken pada akhir pekan ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya