Lira Turki Merosot Setelah Erdogan Pecat Gubernur Bank Sentral

Lira Turki berada di posisi 8,1 per dolar AS pada awal perdagangan di Asia, turun 11 persen dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mar 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi Liputan Khusus Perang Mata Uang
Ilustrasi Liputan Khusus Perang Mata Uang

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang Turki lira merosot ke rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan mengganti Gubernur Bank Sentral Turki Naci Agbal. Hal itu mengejutkan investor pada akhir pekan.

Sementara itu, yen naik terhadap euro di tengah spekulasi investor individu Jepang telah membeli lira baru-baru ini karena suku bunganya yang tinggi akan dipaksa untuk turun. Kekhawatiran peristiwa di Turki akan menyebabkan pasar keuangan lain dan memperkuat dolar AS karena sebagai mata uang safe haven.

"Negara-negara pasar berkembang lainnya tidak dalam posisi yang sama dengan Turki, tetapi masih ada kemungkinan tertular,” ujar Chief Currency Strategist Mizuho Securities, Masafumi Yamamoto, dilansir dari Nikkei, Senin (22/3/2021).

Ia menuturkan, ada kekhawatiran pelaku pasar akan mulai merealisasikan keuntungan di pasar lain. "Sepertinya ini adalah waktu untuk memikirkan kembali strategi investasi Anda, karena rotasi ke pasar mata uang negara berkembang dengan imbal hasil lebih tinggi, akan ditunda,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mata Uang Lainnya

Ilustrasi Liputan Khusus Perang Mata Uang
Ilustrasi Liputan Khusus Perang Mata Uang

Lira Turki berada di posisi 8,1 per dolar AS pada awal perdagangan di Asia, turun 11 persen dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Pada satu titik, lira turun 14,9 persen menjadi 8,48 mendekati rekor terendah di 8,58.

Pada awal perdagangan likuiditas cenderung tipis, tetapi analis mengatakan bersiap untuk langkah besar karena akan lebih banyak investor yang memasuki pasar.

Adapun yen berada di posisi 108,89 per dolar AS. Euro sedikit turun menjadi USD 1,1885. Sebelumnya Erdogan memecat gubernur bank sentral setelah kenaikan suku bunga tajam. Kenaikan suku bunga untuk mencegah inflasi hampir 16 persen dan mendukung lira.

Gubernur bank sentral Turki yang baru kemungkinan akan membalikkan langkah-langkah hawkish yang diambil untuk memerangi inflasi yang menyebabkan volatilitas pasar yang berkepanjangan.

“Setelah mendapatkan kembali kepercayaan investor dengan serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif, Turki mendapat kekalahan,” ujar Analis Brown, Brothers, and Harriman.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya