Liputan6.com, Jakarta - PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) atau disebut SMART bakal alokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp1,2 triliun. Dana ini akan difokuskan untuk beberapa hal termasuk pengembangan pabrik biodiesel.
Wakil Direktur Utama SMAR Jimmy Pramono menuturkan, pihaknya sudah menyiapkan dana belanja modal untuk menunjang aktivitas perseroan sepanjang 2021.
"Untuk 2021, total belanja modal kita perkirakan kurang lebih dia angka Rp1,2 triliun secara total. Alokasinya untuk upstream divisi kebun sebesar Rp400 miliar," katanya secara virtual, Selasa (15/6/2021).
Advertisement
Sedangkan sisanya, perseroan menyebut pihaknya akan digunakan untuk unit down stream dan pengembangan pabrik bidoesel yang saat ini tengah dilakukan perusahaan.
"Untuk unit downstream Rp800 miliar dan juga ada pengembangan pabrik biodiesel kita. Terkait pabrik, dana yang dialokasikan sekitar Rp360 miliar," ujarnya.
Terdapat dua sumber pendanaan untuk menunjang belanja modal tahun ini, yakni arus kas perusahaan dan obligasi yang telah dilakukan SMAR.
"Sumber pendanaan ada dua. Yang pertama arus kas perusahaan. Lalu sebagian itu dari obligasi yang kita terbitkan kemarin. Untul obligasi ini dikhususkan pada pengembangan pabrik biodiesel kita. Jadi Rp840 miliar arus kas perusahaan internal kita sisanya dari obligasi," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Produksi Meningkat
Sebelumnya, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) menegaskan, produksi TBS dan produksi sawit pada kuartal I 2021 meningkat signifikan karena kondisi cuaca yang baik.
Investor Relations SMAR Pinta S. Chandra menyebut, terjadi peningkatan 12 persen dari produksi buah sepanjang semester I 2021, yakni 670.070 ton dari periode yang sama sebelumnya 595.807 ton.
"Seiring dengan peningkatan ini, produk kami juga mengalami peningakatan 12 persen untuk CPO dan PK," kata Pinta secara virtual, Selasa, 15 Juni 2021.
Bila 2020 terjadi kekeringan yang membuat produksi buah menurun, peningkatan yang terjadi pada sektor produksi juga berpangaruh pada pendapatan pada kuartal I 2021.
"Kami mengalami peningkatan penjualan lebih dari 15 persen menjadi Rp11,10 triliun. Periode yang sama sebelumnya, yakni Rp9,61 trilun," ujarnya.
Dari penjualan tersebut lokal berhasil berkontribusi sebesar 55 persen, sedangkan sisanya 45 persen untuk ekspor. Penyumbang terbesar datang dari produk rafinasi, biodiesel dan produk non rafiasi.
"Sejalan dengan strategi untuk memfokuskan pada produk bernilai tambah, kontribusi produk turunan mencapai 88 persen dari total penjualan," tutur Pinta.
Selain penjualan, kinerja EBITDA juga naik lebih dari dua kali lipat. Bila kuartal I 2020, angka yang mampu ditorehkan hanya Rp502 miliar, periode yang sama tahun ini mencapai Rp1,08 triliun.
"Untuk hasil akhir akhir, laba bersih tercatat 250 miliar, dibandingkan kuartal pertama tahun lalu mencatat kerugian Rp1,4 triliun," tegasnya.
Advertisement