Liputan6.com, Jakarta - Penjualan saham yang berkaitan dengan bitcoin antara Juni dan Juli memiliki kemungkinan menjadi tekanan baru pada cryptocurrency atau uang kripto, menurut JPMorgan Chase & Co.
Seperti dilansir Bloomberg, Kamis (24/6/2021), arus lemah dan dinamika harga akibat aksi jual investor membuat penurunan harga bitcoin terjadi secara signifikan beberapa minggu terakhir.
Baca Juga
Tak hanya itu, penjualan saham di Grayscale Bitcoin Trust setelah berakhirnya penguncian enam bulan bisa menjadi angin sakal tambahan, seperti diungkapkan ahli strategi JPMorgan.
Advertisement
Bitcoin berada di bawah tekanan beberapa hari terakhir. Pada Selasa 22 Juni 2021, harga mata uang kripto ini bahkan berada di bawah USD 30.000. Hal ini tak terlepas dari kekhawatiran mengenai penggunaan energi terkait penambangan yang dilakukan.
Tak hanya itu, tindakan keras China yang diperluas juga membuat mata uang digital ini turun 1,1 persen atau berada di angka USD 32.709 atau sekitar Rp 472,32 juta (asumsi kurs Rp 14.440 per dolar AS) pada Kamis, 24 Juni 2021. Angka tersebut turun 50 persen dari rekor tertingginya, yakni hampir USD 65.000 pada pertengahan April.
"Meskipun koreksi minggu ini, kami enggan untuk meninggalkan pandangan negatif kami untuk bitcoin dan pasar crypto secara lebih umum. Meskipun ada beberapa peningkatan, sinyal kami tetap bearish secara keseluruhan," kata ahli strategi JPMorgan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kisaran Nilai Wajar Bitcoin
Secara terpisah, Chief Executive Officer DoubleLine Capital LP Jeffrey Gundlach mengatakan di Twitter, bila hal ini merupakan masalah besar. Terlebih jika bitcoin ditutup di bawah USD 30.000. Kemampuan untuk mempertahankan level dianggap oleh beberapa orang sebagai kunci tren masa depan uang kripto.
Nilai wajar bitcoin berdasarkan perbandingan volatilitas versus emas terlihat dalam kisaran USD 23.000 hingga USD 35.000 untuk jangka menengah, tulis ahli strategi JPMorgan.
"Ini masih akan membawa penurunan harga ke level USD 25.000 sebelum momentum jangka panjang akan memberi sinyal kapitulasi," kata ahli strategi JP Morgan.
Â
Â
Advertisement