Liputan6.com, Jakarta - PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatat kinerja kurang menggembirakan sepanjang semester I 2021. Hal ini seiring pandemi COVID-19 yang terjadi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatat pendapatan Rp 3,66 triliun pada semester I 2021. Realisasi pendapatan ini turun 26 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,95 triliun.
Baca Juga
Beban pokok pendapatan merosot dari Rp 3,67 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 2,64 triliun pada semester I 2021. Dengan demikian, laba kotor Hero Supermarket turun 20 persen menjadi Rp 2,64 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,27 triliun.
Advertisement
Perseroan mencatat kenaikan beban usaha dari Rp 1,53 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 1,72 triliun pada semester I 2021. Biaya keuangan naik menjadi Rp 60,23 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48,63 miliar. Penghasilan lainnya naik menjadi Rp 112,92 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 72,51 miliar.
PT Hero Supermarket Tbk mencatat rugi periode berjalan Rp 550,88 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 202,07 miliar. Dengan demikian, rugi bersih per saham dasar menjadi Rp 132 pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48.
Perseroan mencatat total liabilitas naik menjadi Rp 3,61 triliun pada 30 Juni 2021 dari periode 31 Desember 2020 sebesar Rp 2,98 triliun. Ekuitas perseroan susut menjadi Rp 1,30 triliun pada 30 Juni 2021 dari posisi Desember 2020 sebesar Rp 1,85 triliun. Total aset perseroan naik menjadi Rp 4,92 triliun pada 30 Juni 2021. Kas perseroan tercatat Rp 79,56 miliar pada 30 Juni 2021.
Penjelasan Manajemen
Perseroan terus menghadapi tantangan yang cukup signifikan pada semester pertama 2021 akibat pandemi, terkait penerapan PPKM (Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan perubahan pola belanja pelanggan.
Setelah tinjauan strategi bisnis yang mendalam, pada Mei 2021, Perseroan mengumumkan akan mengubah pendekatan perdagangannya dengan meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian dan Hero Supermarket serta beralih dari merek Giant.
Perubahan strategi ini merupakan respons yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah, terutama mengingat pola belanja pelanggan Indonesia yang menjauh dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, serta dikarenakan adanya pandemi COVID-19
Perseroan menyatakan rugi bersih Rp 551 miliar pada semester I 2021 dengan biaya recurring sebesar Rp 537 miliar yang timbul akibat restrukturisasi bisnis Giant.
"Kinerja keuangan underlying bisnis ritel Groseri PT Hero pada semester pertama terus terkena dampak negatif dikarenakan pandemi maupun restrukturisasi yang telah diumumkan,” tulis Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk, Patrick Lindvall.
Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik dan penutupan atau pemberlakuan pembatasan perdagangan yang ketat di pusat perbelanjaan/mal telah mengubah pola belanja pelanggan secara substansial dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.
"Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja hypermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar,” tulis Patrick dalam keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Prospek
Optimalisasi ruang usaha yang berkelanjutan juga mempengaruhi kinerja pertumbuhan penjualan. Penjualan like-for-like Guardian Health & Beauty meningkat secara signifikan pada kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama dikarenakan pola belanja pelanggan secara bertahap normal kembali.
"Laba underlying juga meningkat pada semester pertama dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujar dia.
Namun, pemberlakuan PPKM Darurat yang diterapkan pada Juli kemudian berdampak pada penjualan. Guardian tetap berkomitmen untuk memperkuat proposisi nilai dan relevansinya dengan pelanggan dan terus fokus pada pengendalian biaya untuk memastikan dapat keluar secara solid dari kondisi perdagangan yang sulit saat ini.
Total penjualan IKEA tumbuh terutama karena pembukaan toko ketiga IKEA Indonesia di Bandung pada kuartal pertama. Pembatasan kapasitas operasional, kondisi perdagangan yang menantang akibat COVID-19, dan kendala rantai pasokan berdampak pada ketersediaan produk dan penjualan like-forlike.
Profitabilitas IKEA dipengaruhi oleh biaya pra-pembukaan yang lebih tinggi terkait dengan pembukaan toko baru dan penurunan penjualan like-for-like. Program ekspansi toko IKEA terus berjalan menuju pembukaan toko keempat IKEA di Jakarta Garden City yang diharapkan akan dibuka pada akhir tahun ini.
Strategi Bisnis
Menyusul pengumuman perubahan pendekatan strategis PT Hero Supermarket Tbk, Perseroan bermaksud untuk mengubah beberapa toko Giant menjadi IKEA dan Hero Supermarket.
Perseroan terus melakukan diskusi aktif dengan pihak ketiga sehubungan dengan divestasi sejumlah toko dan properti yang dimiliki yang diharapkan transaksi tersebut dapat selesai pada kuartal ketiga.
"Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aset akan memberikan PT Hero pendanaan untuk mendukung inisiatif pertumbuhannya di masa depan. Prospek Jangka waktu pandemi dan sejauh mana dampaknya terhadap PT Hero masih belum pasti, tulis dia.
Namun demikian, Perseroan memperkirakan 2021 akan tetap penuh tantangan. Perseroan tetap berkomitmen pada bisnis ritelnya di Indonesia dan memilki keyakinan kuat akan posisinya sebagai peritel kompetitif yang solid dalam jangka panjang.
Advertisement