Duta Pertiwi Optimistis Capai Target Prapenjualan 2021

PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) yakin prapenjualan atau marketing sales Rp 1,2 triliun dapat tercapai pada 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Sep 2021, 10:45 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2021, 22:23 WIB
FOTO: Geliat Pasar Grosir ITC Kembali Buka di Masa PPKM Level 4
Pedagang berada di depan kios saat menunggu pembeli di ITC Cempaka Mas, Jakarta, Rabu (4/8/2021). Pemerintah pusat mengizinkan kembali sejumlah pusat perbelanjaan grosir atau pasar rakyat untuk beroperasi pada masa PPKM Level 4. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) optimistis target marketing sales atau prapenjualan Rp 1,2 triliun dapat tercapai pada 2021. Hingga semester I 2021, perseroan telah meraih marketing sales 64 persen atau setara Rp 764 miliar.

Kontribusi marketing sales itu antara lain dari residential atau rumah tapak Rp 738 miliar dan komersial Rp 26 miliar hingga semester I 2021.

Marketing sales atau prapenjualan ini merupakan penjualan secara kontrak antara penjual dan pembeli yang sepakat dalam perjanjian pembelian dalam kurun waktu maksimal dua tahun. Marketing sales akan masuk laporan keuangan ketika memenuhi syarat dan wewenang aset sudah berpindah dari penjual kepada pembeli.

“Manajemen masih sangat yakin capai target tahunan Rp 1,2 triliun walaupun masih dalam masa pandemi tahun kedua. Kami terus berupaya supaya target dipatok dapat tercapai Desember nanti,” kata  Head of Investor Relation PT Duta Pertiwi Tbk, Christy Grassella dalam public expose live, Selasa (7/9/2021).

Sementara itu, untuk prediksi pendapatan pada 2021, Christy berharap kinerja pendapatan tidak terlalu jauh pada 2020 . Hingga semester I 2021, perseroan membukukan pendapatan Rp 701 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 718 miliar, sehingga ada penurunan dua persen. Pada 2020, perseroan mencatat pendapatan Rp 1,7 triliun.

"Baru semester pertama Rp 700 miliar. Kami berharap tak terlalu jauh, dan berupaya melakukan terbaik hingga akhir Desember agar gap pada 2020 dan 2021 itu tidak terlalu jauh. Kalaupun turun single digit itu kalau turun,” ujar dia.

Christy menambahkan pihaknya tidak terlalu berambisi genjot penjualan seiring komposisi pendapatan perseroan 57 persen dari pendapatan penjualan seperti rumah tapak dan lahan, sedangkan sisanya 43 persen dari pendapatan berulang. Pendapatan berulang tersebut terkena dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Recurring income yang mencakup 43 persen dari total pendapatan DUTI. Memang terdampak signifikan selama PPKM. Di mana ruang gerak kita sebagai mahluk sosial harus dipersempit dan terpaksa dibatasi dalam keseharian kita,” kata dia.

Di sisi lain tenant mal dan ITC sangat bergantung pada traffic jumlah pengunjung. “Pendapatan mereka kurang, ada yang perlu ditopang dalam bentuk relaksasi pemangkasan,” kata dia.

Saat ini perseroan mengelola sektor perumahan, superblock, gedung kantor dan pusat perbelanjaan serta hotel rekreasi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Realisasi Belanja Modal

FOTO: Geliat Pasar Grosir ITC Kembali Buka di Masa PPKM Level 4
Pengunjung berbelanja di ITC Cempaka Mas, Jakarta, Rabu (4/8/2021). Pengelola ITC Cempaka Mas mengungkapkan meski telah dibuka sejak Selasa (3/8) kemarin, pusat grosir ini terpantau sepi akibat banyak toko masih tutup. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Selain itu, perseroan telah merealisasikan belanja modal Rp 140 miliar pada semester I 2021. Pandemi COVID-19 yang terjadi menurut perseroan berdampak terhadap ekonomi nasional dan kinerja perseroan.

"Tahun ini kami terpaksa membukukan pendapatan turun dua persen karena ruang sewa kantor, ritel terpaksa ikut aturan pemerintah pusat dan lokal untuk sama-sama kurangi mobilitas dan jumlah pengunjung. Tentu ada hal yang harus kami pertimbangkan menjadi pengurangan sewa,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya