IHSG Berpotensi Kembali Tembus Rekor Tertinggi, Ini Faktor Pendorongnya

IHSG diprediksi masih menunjukkan pergerakan uptren pada akhir 2021. Bahkan potensi kenaikan IHSG dapat terjadi hingga awal paruh pertama 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Okt 2021, 19:49 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2021, 19:49 WIB
FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi ke level tertinggi sepanjang sejarah ke posisi 7.450. Hal ini didukung kondisi ekonomi Indonesia dan global yang membaik serta ada momentum pertumbuhan baru.

IHSG diprediksi masih menunjukkan pergerakan uptren pada akhir 2021. Bahkan potensi kenaikan IHSG dapat terjadi hingga awal paruh pertama 2022. Certififed Financial Technician Linda Lee menyampaikan hasil analisisnya.

Sepanjang September-Oktober 2021, IHSG menguat dari kisaran 6.000 ke posisi 6.687 atau tertinggi sepanjang 2021. Sedangkan level tertinggi (all time high) IHSG sepanjang masa 6.693.

Lina menuturkan, hanya beberapa poin lagi IHSG akan kembali menyentuh level tertinggi sepanjang masa pasar modal Indonesia berdiri. Meski demikian, ia mengatakan, pada penutupan pasar akhir pekan lalu, IHSG sedikit melemah ke posisi 6.524 dan belum bisa menembus level tertinggi itu.

Linda meriset setidaknya pada periode 2015-2020 setiap September level IHSG kebanyakan melemah.

Pada kurun waktu tersebut, pada Oktober IHSG menguat sebanyak lima kali dan satu kali melemah. Sedangkan pada November IHSG hanya dua kali ditutup menguat, dan empat kali ditutup melemah.

Pada penghujung tahun yaitu Desember, IHSG enam kali berturut-turut ditutup menguat. Dengan menganalisis menggunakan metode Fibonacc,i ia menuturkan, area support IHSG berada di kisaran 6.524 yang kemarin sudah disentuh.

Overall pergerakan IHSG itu masih terbaca uptrend. Karena wajar dia sudah naik tinggi dan sekarang ada pullback ini adalah koreksi sehat. Kenapa, karena kita sama-sama lihat Desember itu IHSG selalu naik, sudah 6 tahun berturut-turut IHSG selalu naik,” ujar Linda dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan D’Origin bersama IGICO Advisory dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (31/10/2021).

Ia menambahkan, kalau IHSG naik pada Desember berarti mulai lakukan pembeliannya pada bulan ini sebenarnya pada saat sedang pullback.

Dia melanjutkan, rekam jejak IHSG sejak 2015 itu bisa menjadi gambaran besar memasuki 2022. Oleh karena itu, dia optimistis IHSG kembali akan mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Perhitungannya yaitu di awal paruh pertama 2022.

“Bila dia (IHSG) membuat all time high-nya lagi, maka area-area resistance berikutnya ada di 6.927, ini terdekatnya berarti 7.000-an lah. Lalu next ada di level 7.450, jadi ke depannya peta pergerakannya seperti ini,” ujar Linda yang juga merupakan professional trader itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Pertumbuhan IHSG Masih Besar

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam acara yang sama, Chief of Business Development and Research Bareksa Portal Investasi Ni Putu Kurniasari senada dengan Linda.

Ni Putu menyebutkan, kenaikan IHSG selama selama lima  tahun terakhir hanya sekitar 22 persen. Dibandingkan dengan Dow Jones di Amerika Serikat yang sudah naik 100 persen, IHSG jauh tertinggal. Dow Jones, menurut Putu, sudah jauh menyentuh rekor-rekor baru sehingga laju pertumbuhan IHSG dinilai masih sangat besar

Hal itu pun di dukung oleh kondisi ekonomi nasional maupun global yang diperkirakan perlahan membaik pasca terhantam pandemi Covid-19. Secara historis setelah krisis selalu ada momentum pertumbuhan baru.

“Pertumbuhan ekonomi kita terlihat adanya pemulihan yang cukup signifikan. IMF pun menyebut pertumbuhan ekonomi di dunia di akhir tahun ini akan naik menjadi 6 persen dibanding tahun lalu yang negatif 3,2 persen,” tutur dia.


Momentum Pertumbuhan Ekonomi

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Momentum pertumbuhan ekonomi tersebut menurut Putu, menjadi kesempatan untuk bisa berinvestasi. Putu melihat, hampir di seluruh negara pada kuartal dua 2021 mengalami pertumbuhan ekonomi melampaui level pra pandemi termasuk di Indonesia. Ekonomi Indonesia tumbuh 7,1 persen melebihi pertumbuhan kuartal kedua 2019 yang hanya 5,1 persen.

Tahun lalu lebih parah, ekonomi nasional minus 5,3 persen karena terhantam pandemi. Namun, per kuartal kedua 2021 secara year-on-year beberapa sektor industri penopang kembali bergeliat. Terlihat dari penjualan otomotif, properti, bahan industri seperti semen dan alat berat kembali meningkat.

Di sisi lain, kata dia, pandemi membawa hikmah proses digitalisasi yang mulai meningkat. Digitalisasi berperan sentral menopang arah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sempat collapse akibat pandemi.

“Tapi dengan adanya inovasi adaptasi yang yang cepat terhadap inovasi digital, ini menjadi pendorong penopang pertumbuhan ekonomi kita yang di luar perkiraan,” tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya