HKMU Sambut Rencana Pemerintah Setop Ekspor Bauksit

Manajemen PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) berharap industri aluminium dapat segera pulih usai dihantam pandemi COVID-19 sejak awal 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Nov 2021, 16:48 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2021, 16:48 WIB
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)

Liputan6.com, Jakarta - PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) menyambut positif rencana Pemerintah untuk menghentikan ekspor perdagangan bahan-bahan mentah, termasuk bauksit secara bertahap.

Direktur sekaligus merangkap Sekretaris Perusahaan HK Metals Utama, Jodi Pujiyono berharap, dukungan tersebut diharapkan dapat segera terealisasi dalam waktu dekat. Sehingga industri aluminium dapat segera pulih usai dihantam pandemi covid-19 sejak awal 2020.

Bauksit sebagai bahan dasar pembuatan aluminium, memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap proses bisnis anak usaha HKMU yang bergerak di bidang manufaktur aluminium ekstrusi, yakni PT Handal Aluminium Sukses (HAS).

"Dengan dihentikannya ekspor bauksit, serta pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi (aluminium) di dalam negeri, akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, termasuk memberikan dampak positif terhadap pelaku industri aluminium," ujar Jodi dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Senin (29/11/2021).

Industri aluminium selama dua tahun terakhir mengalami sejumlah tekanan. Di antaranya seperti penurunan permintaan industri aluminium dan kenaikan harga bahan baku aluminium ingot.

Akibatnya, sejumlah pabrikan aluminium akhirnya harus berhenti beroperasi setelah mencoba bertahan selama hampir dua tahun ini. Sejak awal kuartal II 2020, harga di bursa berjangka London Metal Exchange (LME) berkisar 1.400 USD/Ton Metrik, dan terus menanjak hingga menyentuh 3.000 USD per Ton Metrik di kuartal III 2021.

"HKMU juga merasakan dampak yang besar, oleh karena itu sejumlah langkah strategis melalui program transformasi harus kami lakukan untuk dapat bertahan, dan kami bersyukur bisa melewati masa sulit ini serta menumbuhkan optimisme untuk menghadapi tantangan di tahun mendatang.” ujar Jodi.

Jika melihat data produksi ke belakang, kinerja HAS menunjukan hasil cukup baik. Total produksi HAS di 2019 mencapai 5.314 ton, kemudian di 2020 pada saat awal pandemi Covid-19 melanda, HAS mampu mencatatkan peningkatan produksi mencapai 6.150 ton.

Meskipun pada 2021 sedikit mengalami penurunan produksi, tetapi diharapkan target produksi dapat dikejar mencapai 5.700 ton pada penghujung 2021.

Jodi menuturkan, penurunan produksi pada 2021 ini merupakan bagian dari strategi fix the basic guna memperbaiki fundamental pasar dan struktur margin Perseroan.Adapun sejauh ini sudah menunjukkan hasil yang baik dan sesuai dengan harapan manajemen.

"Di tahun mendatang, kami akan menjalankan strategi dengan memulai untuk mengoptimalisasi bisnis untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik,” ujar Jodi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham HKMU

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada penutupan perdagangan Senin, 29 November 2021, saham HKMU turun 6,1 persen ke posisi Rp 77 per saham. Saham HKMU dibuka naik enam poin ke posisi Rp 86 per saham.

Saham HKMU berada di level tertinggi Rp 110 dan terendah Rp 77. Total frekuensi perdagangan 50.259 kali. Total volume perdagangan 21.542.548. Nilai transaksi Rp 198,4 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya