Liputan6.com, Jakarta - Pada 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Selamat Hari Ibu pun menggema hingga masuk trending topic di Twitter pada Rabu, 22 Desember 2021.
Mengutip Kanal Tekno Liputan6.com, sudah ada sekitar 9.409 twit yang memakai keyword Selamat Hari Ibu. Beragam ucapan terima kasih hingga mengenai perjuangan seorang ibu melahirkan, membesarkan dan mendidik anak dibagikan oleh warganet.
Baca Juga
Adapun Perayaan Hari Ibu ini menjadi Hari Besar Nasional ditetapkan oleh Presiden RI Soekarno melalui Ketetapan Presiden Sukarno Nomor 316/1959 pada 16 Desember 1959.
Advertisement
Bicara Hari Ibu tak lepas dari perananannya yang juga disebut manajer keuangan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, seorang ibu bukan tak mungkin menjadi investor. Hal ini juga terlihat dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor dilihat berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga mencapai 5,43 persen dengan aset Rp 62,22 triliun per November 2021.
Sebagai manajer keuangan keluarga, seorang ibu harus pintar mengurus keuangan tatkala menerima dana dari penghasilan sang suami. Tak hanya itu, bagi ibu yang juga sambil bekerja juga harus cermat mengelola keuangannya.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, ibu mampu menyisihkan uang guna melakukan investasi baik dalam bentuk riil maupun financial aset. Apalagi saat ini tidak memerlukan nilai yang besar.
Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohamad Andoko berpendapat seorang ibu sangat bisa investasi di tengah kesibukan mengurus rumah tangga. Bahkan seorang ibu wajib belajar mengenai kegiatan penanaman modal ini.
Lantaran tidak ada yang pernah tahu seberapa besar ekonomi sebuah keluarga bergantung kepada suami dan ketika suami meninggal maka mau tidak mau ibu lah yang harus menggantikan peranan tersebut dalam mencari sumber pendapatan keluarga.
“Problemnya adalah apabila seorang ibu ini sudah lama tidak bekerja puluhan tahun dan seketika harus kembali bekerja lagi. Itu pasti tidak gampang ,” ungkap Andoko saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (22/12/2021).
Andoko melihat, sebagian besar keluarga yang berhasil yaitu bukan hanya salah satunya saja yang memegang peranan penting tetapi keduanya saling bersinergi. Misalnya suami bagian mencari pendapatan sementara ibu bertugas mengelola dana tersebut. Jadi sangat mungkin bahkan menurut wajib bagi seorang ibu melakukan investasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penuhi Kriteria Investasi
Sebelum memutuskan investasi, seorang ibu perlu mempertimbangkan dan memastikan apakah investasi tersebut berpotensi memperoleh keuntungan. Lantaran investasi itu tidak bisa sembarangan dan coba-coba tanpa persiapan yang matang. Pertama, seorang ibu harus bisa menganalisa produk-produk investasinya.
"Kebanyakan orang-orang yang terjebak di investasi bodong karena investasi yang dilakukan hanya ikut-ikutan. Ikut temen, ikut sahabat, ikut bossnya, ikut keluarganya tanpa melakukan analisa,” ucapnya.
Kedua, seorang ibu harus mempertimbangkan setidaknya investasi tersebut menghasilkan capital gain. Paling tidak dari penanaman modal tersebut seorang ibu mampu memperoleh regular income.
"Misalnya jika investasi di deposito mendapatkan regular income per bulan, per tiga bulan dan per enam bulan tetapi (deposito) tidak memiliki capital gain. Saham mempunya potensi keuntungan capital gain dan mempunyai regular income dari deviden. Sementara obligasi seorang ibu bisa mendapat regular income dari kuponnya dan capital gain dari penjualan premium," tutur Andoko.
Advertisement
Bekali Diri dengan Pengetahuan
Perencana keuangan berkepala plontos ini mengutip perkataan dari investor ulung Warren Buffet yang menyatakan jika ingin berinvestasi, investasi terlebih dahulu kepada diri sendiri. Maksudnya adalah “investasi” dengan membekali diri terkait pengetahuan produk-produk investasi.
Hal ini akan membentengi seorang ibu agar tidak terjebak dalam investasi bodong atau investasi yang hanya ikut-ikutan.
Dia menuturkan, seorang ibu bisa investasi di berbagai pilihan investasi. Dengan catatan harus menerapkan rumus 5B + 1A yakni belajar produk investasi, belajar mengenai market (pasar), belajar strateginya, belajar dari pelaku pasar atau sesama kaum ibu yang berhasil melakukan investasi, belajar mengelola emosi dan terakhir action.
"Rumus ini bertujuan agar ibu-ibu tidak tergiur dengan investasi bodong atas uang yang dia kumpulkan,” tambahnya.
Selain menggunakan rumus tersebut, dalam berinvestasi seorang ibu perlu memperhatikan jangka waktu sesuai target dari investasi tersebut. Jika memilih jangka pendek misalnya untuk biaya sekolah di tahun berikutnya jangan tempatkan investasi dengan return yang tinggi atau volatile. Tapi tempatkan di sektor yang lebih pasti seperti deposito atau obligasi.
“Karena jika investasi diletakkan di sektor yang tidak stabil, pada saat dibutuhkan dananya berpotensi uang habis atau berkurang. Sementara untuk investasi jangan panjang jangan simpan investasi dengan imbal balik kecil. Padahal investasi tersebut mempunyai peluang mendapatkan hasil besar dengan catatan ibu harus lagi-lagi belajar mengenai dunia investasi,” ujar Andoko.
Reporter: Ayesha Puri