Kebijakan Setop Ekspor Nikel Berbuah Manis, Jokowi Bakal Setop Bauksit hingga Timah

Presiden Jokowi menuturkan, ekspor naik 49,7 persen yoy berkat Indonesia hentikan ekspor raw material dari minerba.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Jan 2022, 12:19 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2022, 12:19 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadiri peresmian pembukaan perdagangan BEI 2022, Senin (3/1/2022) (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadiri peresmian pembukaan perdagangan BEI 2022, Senin (3/1/2022) (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melanjutkan penghentian ekspor raw material minerba. Hal itu lantaran penghentian ekspor raw material tersebut pada 2021 berbuah manis.

Jokowi menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 34,4 miliar dalam waktu 19 bulan dan ekspor naik 49,7 persen year on year (yoy).

"Ekspor kita kenapa naiknya setinggi itu salah satunya karena kita hentikan ekspor raw material dari minerba kita yaitu nikel. Yang biasanya hanya USD 1-2 miliar, kemarin akhir tahun sudah hampir mencapai USD 21 miliar atau USD 20,8 miliar," kata Jokowi dalam seremoni pembukaan perdagangan BEI tahun 2022, Senin (3/1/2022).

Menurut Jokowi, capaian tersebut merupakan keberhasilan atas kebijakan larangan ekspor raw material minerba. Sehingga kebijakan tersebut akan dilanjutkan tahun ini untuk mineral lain.

"Itu hasilnya kelihatan. Oleh sebab itu kita akan lanjutkan dengan stop bauksit, tembaga, timah dan yang lain-lainnya,” tutur dia.

Di sisi lain, Jokowi menekankan hilirisasi juga menjadi kunci dari kenaikan ekspor tersebut. Capana itu membawa Indonesia meraih kenaikan peringkat atau ranking competitiveness , yakni di posisi 37 untuk business dan 53 untuk business digital. Ini naik 3 peringkat semuanya.

"Dalam posisi yang sangat berat seperti 2021 kita bisa naik 3 peringkat ini juga patut kita syukuri. Di bisnis 37 ranking kita, di digital business ada 53. Ini naik 3 peringkat semuanya,” kata Jokowi.

Adapun dari indikator konsumsi dan produksi juga menguat. Keyakinkan konsumen dibandingkan dengan Maret yang tercattat 113,8, pada November sudah mencapai 118,5. Spending indeks juga udah naik 120,5. PMI manufaktur kita sudah naik di atas sebelum pandemi sebesar 51, dan saat ini sudah masuk ke angka 53,9. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Optimistis Tantangan 2022 Dapat Dilalui

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadiri peresmian pembukaan perdagangan BEI 2022, Senin (3/1/2022) (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadiri peresmian pembukaan perdagangan BEI 2022, Senin (3/1/2022) (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden-Muchlis Jr)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis, berbagai tantangan pada 2022 bisa dilewati dengan baik melalui semangat kerja keras bersama semua pihak.

 Tantangan-tantangan antara lain varian Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, hingga kelangkaan energi di sejumlah negara disinyalir bisa mengganggu aktivitas ekspor Indonesia pada 2022.

"Saya kira tantangan-tantangan itulah yang akan kita hadapi dan saya meyakini dengan semangat kerja keras kita bersama tantangan-tantangan itu akan bisa kita lalui dengan baik," tutur Jokowi pada acara Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, yang dikutip dari keterangan tertulis pada Senin, 3 Januari 2022.

Jokowi menuturkan, pemulihan ekonomi Indonesia cukup kuat yang bisa dilihat dari sejumlah angka indikator perekonomian. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD34,4 miliar, dan selalu surplus selama 19 bulan. Angka ekspor secara tahun ke tahun atau year on year juga naik 49,7 persen. Impor bahan baku dan bahan penolong juga naik 52,6 persen.

"Ekspor kita kenapa naik setinggi itu, salah satunya karena kita hentikan ekspor raw material, ekspor bahan mentah dari minerba kita yaitu nikel yang saya lihat biasanya hanya 1 sampai 2 miliar (dolar AS), kemarin akhir tahun sudah hampir mencapai USD21 miliar, USD20,8 miliar. Saya kira keberanian menyetop itu hasilnya kelihatan,” ujar dia.

Ia menambahkan, kebijakan itu akan dilanjutkan dengan setop bauksit, stop tembaga, stop timah, dan yang lain-lainnya. “Hilirisasi menjadi kunci dari kenaikan ekspor kita," ujar dia.

Selain itu, peringkat daya saing Indonesia atau competitiveness index juga mengalami kenaikan sebanyak tiga peringkat. Peringkat di sektor bisnis naik ke posisi 37 dan di digital bisnis naik ke posisi 53.

Sejumlah indikator lainnya seperti indikator konsumsi dan produksi juga terlihat menguat. Angka keyakinan konsumen yang pada Maret 2021 berada di posisi 113,8, pada November 2021 sudah berada di angka 118,5. Indeks belanja masyarakat atau spending index juga telah naik ke angka 120,5. Adapun purchasing manager index (PMI) manufaktur yang sebelum pandemi berada di angka 51, sekarang sudah berada di angka 53,9.

"Optimisme melihat angka-angka seperti ini harus kita tunjukkan. Kemudian konsumsi listrik tumbuh juga 14,5 dan 5,7, untuk industri 14,5, untuk bisnis 5,7. Angka-angka seperti ini harus kita lihat. Harian saya dapat angka-angka seperti ini," ujar dia..

Jokowi juga bersyukur Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia pada 2021 juga tumbuh 10,1 persen. Angka tersebut lumayan tinggi jika dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Singapura di angka 9,8 persen, Malaysia minus 3,7 persen, dan Filipina minus 0,2 persen.

"Jumlah orang yang masuk ke bursa investor pasar modal ini juga naik sangat tinggi sekali. Di 2017, tadi disampaikan oleh Pak Ketua OJK 1,1 juta, hari ini mencapai 7,4 juta investor, utamanya investor-investor retail ini yang banyak dari anak-anak muda milenial, gen Z Semuanya masuk,” tutur dia.

Ia berharap, jumlah investor akan terus membesar dan akan memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya