Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melalui anak usahanya, PT Saka Energi Indonesia (SAKA) berencana melakukan pembelian kembali atau buyback surat utang atau obligasi.
Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), Rachmat Hutama menjelaskan, aksi ini sebagai langkah proaktif dalam mengelola surat utang yang akan segera jatuh tempo pada 2024.
Baca Juga
"Pembelian kembali surat utang akan menggunakan ketersediaan dana kas internal dengan target pembelian kembali maksimum senilai USD 200 juta,” kata Rachmat, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, (BEI) Jumat (4/3/2022).
Advertisement
Angka pembelian kembali itu setara Rp 2,88 triliun (kurs Rp 14.399 per USD). Masa penawaran di pasar dimulai dari 28 Februari 2022 dan dijadwalkan akan berakhir pada 26 Maret 2022.
Sebelumnya, PT Saka Energi Indonesia sebagai anak perusahaan dari perseroan menerbitkan surat utang dengan nilai USD 625 juta pada 5 Mei 2017 yang dicatatkan di BEI. Jangka waktu dari surat utang tersebut yakni selama tujuh tahun.
Untuk saat ini, masih belum bisa dibeberkan dampak kejadian ini terhadap perseroan. Kendati begitu, SAKA akan menyampaikan hasil dari penawaran pembelian kembali surat utang setelah proses dinyatakan berakhir atau selesai.
"SAKA saat ini masih dalam tahap penawaran untuk pembelian kembali surat utang. Sehingga belum diketahui nilai keberhasilan pembelian kembali dalam mengkaji dampak kejadian secara rinci,” kata Rachmat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kolaborasi PGN dan Pupuk Iskandar Muda
Sebelumnya, PT PGN Tbk bersinergi dengan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) bersinergi untuk menerapkan hilirisasi gas bumi yang ramah lingkungan yaitu blue ammonia. Hal ini sejalan dengan upaya pencapaian target net zero emission sebelum tahun 2060.
Direktur Strategi & Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan, Blue ammonia merupakan ammonia yang diproses melalui tahapan Carbon Capture Storage (CCS) pada saat produksi H2, sehingga lebih ramah lingkungan, mudah ditransportasikan dan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar powerplant atau sektor transportasi.
Hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk penurunan emisi karbon sampai dengan 29 persem dan menuju net zero emission sebelum tahun 2060.
“Kami siap berkolaborasi dengan PIM untuk melakukan kajian bersama dalam rangka hilirisasi gas bumi dan pengembangan bisnis berbasis gas (C1) yang ramah lingkungan terutama terkait bisnis Blue Ammonia,” kata Heru, di Jakarta, 2 Maret 2022.
Menurutnya, PGN sebagai bagian dari Pertamina Group bersama PIM, BUMN, dan mitra bisnis lainya berupaya menyusun rencana bisnis yang terintegrasi mencakup seluruh potensi bisnis yang ada.
"Agar bisa merealisasikan kerjasama melalui pemanfaatan energi dengan tingkat emisi yang lebih rendah, sejalan dengan salah satu isu prioritas dari 3 isu utama KTT G20, termasuk peran gas bumi dalam transisi energi,” tambah Heru.
Advertisement
Pabrik Amonia Baru
Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda, Budi Santoso Syarif mengatakan, salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan Blue Ammonia di lahan IMIA, di mana akan menggandeng PGN sebagai penyedia gas bumi dan infrastruktur gas untuk Pabrik Ammonia baru.
PIM akan menyediakan lahan dan utilitas untuk operasional pabrik, serta mengoperasikan pabrik Blue Ammonia karena pengalaman panjang PIM dalam pengoperasian pabrik pupuk.
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di pabrik ammonia akan di-capture dan di-treatment lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit), sehingga Ammonia yang diproduksi menjadi Blue Ammonia.
“CO2 yang dihasilkan akan diinjeksikan ke sumur oil and gas untuk menambah tonase oil recovery. Dengan menyimpan CO2 di bawah tanah, dapat menjadi enabler untuk peningkatan produksi migas. Hal ini berpotensi meningkatkan profit PGN maupun PIM,” ujar Budi.