Rights Issue, Bank Victoria Bakal Gelar RUPS 3 Juni 2022

Rights issue ini untuk menambah modal inti PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) guna memenuhi ketentuan modal inti minimum (MIM) minimum sebesar Rp 3 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mei 2022, 18:19 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2022, 18:19 WIB
IHSG
PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) akan gelar rights issue untuk menambah modal inti. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 3 Juni 2022 untuk meminta persetujuan atas penerbitan saham baru (rights issue) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak maksimum 7,04 miliar saham.

Hal tersebut disampaikan oleh manajemen Bank Victoria Internationalmelalui keterbukaan informasinya yang disampaikan ke regulator Pasar Modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (6/5/2022).

Saham baru tersebut bernilai nominal Rp 100. Namun, perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan untuk penawaran umum terbatas (PUT) saham baru ini.

Pelaksanaan PUT ini bertujuan untuk menambah modal inti BVIC guna memenuhi ketentuan modal inti minimum (MIM) minimum sebesar Rp 3 triliun yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sesuai POJK No.12/POJK.03/2020 tanggal 17 Maret 2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, MIM Bank minumum sebesar Rp 3 triliun paling lambat harus diwujudkan pada 31 Desember 2022.

Selain itu, perseroan akan menggunakan seluruh dana setelah dikurangi biaya-biaya emisi, untuk memperkuat struktur permodalan BVIC dan akan digunakan sebagai tambahan modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha perseroan. Terutama untuk pengembangan usaha dalam bentuk ekspansi kredit yang akan direalisasikan secata bertahap.

"Pengingkatan kredit yang diberikan diharapkan akan meningkatkan kinerja dan daya saing BVIC, sehingga dapat meningkatkan imbal hasil investasi bagi seluruh pemegang saham kami," kata Manajemen perseroan.

Pada perdagangan Kamis, 28 April 2022, saham BVIC sempat berada di level terendah di Rp 157 per saham, dan tertinggi di Rp 165 per saham. Saham BVIC kemudian ditutup di Rp 157 per saham, turun Rp 3 atau sebanyak 1,91 persen dibanding penutupan sehari sebelumnya Rabu, 27 April 2022 yaitu di Rp 160 per saham.

Saham BVIC dimiliki oleh PT Victoria Investama sebanyak 4.128.870.132 (setara 39,37 persen), Suzanna Tanojo sebanyak 1.538.152.114.(setara 14,67 persen), SSB 4671 DEG-Deutsche Inv Und Eg Mbh-2144612759 sebanyak 780.394.335 (setara 7,44 persen) dan Masyarakat sebanyak 4.039.715.987 (setara 38,52 persen).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

BEI Catat 35 Emiten Bakal Rights Issue, Mayoritas dari Sektor Keuangan

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Ilustrasi IHSG

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 35 perusahaan tercatat atau emiten masuk dalam pipeline rights issue hingga 8 April 2022.

Direktur Penilai Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, perkiraan dana yang dihimpun melalui rights issue Rp 20,3 triliun. Adapun sektor perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue antara lain 13 perusahaan dari sektor keuangan, lima perusahaan dari sektor basic materials, empat perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor properti dan real estate.

Selain itu, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, dua perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal dan dua perusahaan dari sektor konsumer siklikal. Sedangkan sisanya masing-masing satu dari sektor teknologi, industri, perawatan kesehatan, transportasi dan logistik.

Nyoman optimistis penggalangan dana di pasar modal Indonesia masih bertumbuh dengan baik pada 2022. Hal ini didukung sejumlah faktor, seperti keberlangsungan pemulihan ekonomi.

"Berdasarkan data kami, beberapa indikator pasar modal antara lain minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Nyoman.

Ia menambahkan, kondisi pasar modal yang kondusif tak lepas dari dukungan otoritas pasar modal dan stakeholders yang ada di pasar modal. Selain itu, Nyoman menuturkan, seluruh pemangku kepentingan pasar modal yang disupervisi oleh OJK terus berupaya menjadikan pasar modal Indonesia lebih inklusif.

“Beberapa kemudahan dan relaksasi telah diberikan bagi semua tingkatan perusahaan yang diwujudkan dengan berbagai penyesuaian peraturan dan penyusunan kajian terkait mekanisme pencatatan saham,” kata Nyoman.

Nyoman yakin, hal tersebut dapat memberikan optimisme pada 2022 akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

 

Rights Issue, Adhi Karya Terbitkan 7,12 Miliar Saham

Adhi Karya
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham melalui penawaran umum terbatas (PUT) II.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis, 17 Maret 2022. PT Adhi Karya Tbk akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 7.121.658.184 saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk penyelesaian rencana alokasi penggunaan dana untuk penyertaan proyek investasi Adhi Karya berupa jalan tol, SPAM (pengelolaan air), pengelolaan limbah dan preservasi jalan.

PT Adhi Karya Tbk menggelar rights issue ini seiring rencana perseroan untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Namun, perseroan memiliki tantangan yaitu keterbatasan ekuitas. "Ekuitas perseroan sangat kecil dibandingkan dengan BUMN Karya lain terutama BUMN Karya yang telah listing di Bursa Efek Indonesia,” tulis perseroan.

Kemudian pada 2020, kondisi keuangan perseroan diperparah dengan ada COVID-19 telah menghantam ekonomi dunia bahkan di berbagai negara perekonomian tidak tumbuh dan terancam resesi.

Merdeka Copper Rights Issue, Perusahaan Hong Kong Jadi Pembeli Siaga

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Ilustrasi IHSG

Sebelumnya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) II atau rights issue.

Dalam aksi tersebut, perseroan menawarkan sebesar 1.205.999.956 saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 20 per lembar. Setiap pemegang 9.401 yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perseroan pada 18 April 2022 pukul 16.00 WIB, berhak atas 495 HMETD.

“Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 2.830 setiap saham,” ungkap manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, ditulis Kamis, 7 April 2022.

Dengan demikian, jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka PMHMETD II ini adalah sebesar Rp 3,41 triliun.

Melalui surat pernyataan tertanggal 29 Maret 2022, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Mitra Daya Mustika (MDM), dan PT Suwarna Arta Mandiri (SAM) menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh porsi HMETD miliknya. Ketiganya akan mengalihkan seluruh HMETD yang akan diperoleh secara proporsional sesuai dengan porsi kepemilikan saham perseroan kepada Hongkong Brunp and Catl Co., Limited (Brunp) sesuai dengan Perjanjian Jual Beli Hak masing-masing 17 Maret 2022.

"Melalui surat pernyataan tanggal 29 Maret 2022, Brunp menyatakan komitmen dan kesanggupan untuk melaksanakan seluruh HMETD yang telah dialihkan kepadanya masing-masing dari Saratoga, MDM dan SAM,” kata manajemen.

 

 

Reporter: Elizabeth Brahmana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya